Muslimah Harus Punya Kemauan Keras


Oleh Burhan Sodiq

Umar bin Khatab  radhiyallahu ‘anhu bahwa ia pernah berkata, “Janganlah mengecilkan himmah (kemauan) kalian, sesungguhnya saya belum pernah melihat sesuatu yang menghalangi dari kemulian-kemuliaan kecuali himmah yang rendah.”

Pupuklah semangat untuk senantiasa memiliki kemauan yang tinggi terhadap hidup. Jangan mudah pasrah dan jangan mudah menyerah. Karena hidup adalah rangkaian perjuangan yang harus dimenangkan.

Islam menghendaki pemeluknya untuk memiliki cita cita yang besar dan tinggi. Bukan cita cita yang lemah dan mudah kalah. Itulah kenapa setiap muslim harus memiliki jiwa jiwa pejuang bukan jiwa pecundang.

Allah taala berfirman:

“Jika kamu telah selesai (suatu urusan) maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Al Insyirah: 7-8)

Maka seorang pemuda diharapkan selalu mengisi hari harinya dengan ide dan cita cita yang tinggi. Jangan sampai dia melorot jatuh pada kubangan kelemahan dan kehinaan. Hidup untuk mengukir cita cita bukan malah mengubur ide dan kemauan.

Jika setiap pemuda memerhatikan ini, maka mereka akan punya semangat juang tinggi. Apapun yang menjadi penghalangnya dalam kebaikan, akan dia hadapi. Ibarat kata jika sudah memakai baju perang, maka pantang bagi dia untuk mundur.

Allah berfirman:

“Jika kamu telah ber’azam maka bertawakallah pada Allah.” (Ali Imran: 159)

Albert Einstein (1879 – 1955) lebih mendorong penduduk dunia menjadi manusia yang bernilai. “Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, tapi jadilah seorang yang bernilai.”

Sebaiknya setiap anak muda tidak melihat dirinya penuh dengan kekurangan saja. Tetapi seorang anak muda harus melihat pada dirinya sosok yang penuh dengan potensi kebaikan yang harus dia kembangkan.

Ibn Al-Jauzi dalam kitabnya “Shaidul Khatir” menulis, “Barangsiapa yang menggunakan pikirannya yang jernih, niscaya ia akan menunjukkan untuk mencari kedudukan ang paling mulia, dan mencegahnya dari sikap ridha terhadap kekurangan dalam segala hal.”

“Maka,” lanjut Ibn Al-Jauzi, “Seorang yang berakal sudah seyogyanya bisa sampai pada puncak dari apa yang dia mampu. Sekiranya masuk akal bagi seorang anak manusia untuk naik ke langit, maka menurutku merupakan kekurangan yang paling jelek kalau dia sudah merasa puas di bumi.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penggalian Khandaq, ternyata ada sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit mengambil kapak tanah dan meletakkan mantelnya di ujung parit, dan berkata: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Terpecahlah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri memandang, dia melihat kilat yang memancar seiring pukulan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau memukul lagi kedua kalinya, dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Pecah pula sepertiga batu itu, dan Salman melihat lagi kilat yang memancar ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul batu tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul sekali lagi dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan untuk ketiga kalinya, batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya dan duduk. Salman berkata: “Wahai Rasulullah, ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat memancar.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai Salman, engkau melihatnya?” Kata Salman: “Demi Dzat yang mengutus anda membawa kebenaran, betul wahai Rasulullah.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”

Para shahabat yang hadir ketika itu berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”

Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”

Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia (Habasyah) selama mereka membiarkan kalian, dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.”

Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terjadilah apa yang diberitakan oleh beliau. Kedua negara adikuasa masa itu berhasil ditaklukkan kaum muslimin, dengan izin Allah.

Jadi milikilah cita cita yang tinggi. Jangan berkecil hati, tetapi semangat menuntaskan perubahan.

Leave a comment