Khutbah Jumat : Bagaimana Seorang Muslim Menyambut Tahun Baru Masehi?


Bagaimana Seorang Muslim Menyambut
Tahun Baru Masehi?

Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ،
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،
صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا
بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ   اتَّقوا
اللهَ  وأَصلِحوا أَمْرَ دِينِكم
ومعَاشِكم، وتَفكَّروا فِي مَصِيرِكم ومَآلِكم
.
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
  Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat. Nikmat
yang paling besar adalah nikmat iman dan islam yang Allah anugerahkan. Nikmat
itu disyukuri dengan kita terus menambah ketakwaan kita kepada Allah.
 Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
 Siapa saja yang mensyukuri
nikmat Allah, Dia akan menambah dengan nikmat-nikmat lainnya pula.
Ingatlah pula siapa saja yang Allah beri petunjuk, tidak ada yang
dapat menyesatkannya. Siapa saja yang Allah sesatkan, tidak ada yang memberi
petunjuk padanya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri
tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga
kepada para sahabat dan istri-istri beliau yang tercinta serta pada setiap
pengikut beliau yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman. Siapa
yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya
sebanyak sepuluh kali, maksudnya akan diberikan rahmat atau ampunan-Nya.
 Para jama’ah rahimani wa
rahimakumullah …
 Sebentar lagi kita akan
memasuki tahun baru masehi 2018. Tahun baru yang sebenarnya bukan milik umat
Islam karena Islam mempunyai kalender bernama Hijriah, akan tetapi pada hari
ini dirayakan dengan besar-besaran, bahkan di Indonesia dan beberapa negara
yang pendudukanya muslim sebagai mayoritas. Suara terompet dan tontonan kembang
api hampir menghiasi seluruh penjuru daerah. Belum lagi media tv menyiarkan
detik-detik perpindahan hari dengan acara yang heboh.
Banyak keyakinan batil yang ada pada malam tahun baru. Pemborosan
dana hanya untuk konser musik dan kembang api untuk menyambut tahun baru yang
seharusnya dialokasikan untuk masyarakat miskin. Selain itu generasi muda
digiring agar berkumpul untuk hura-hura menghabiskan waktu dengan percuma
bahkan terkadang dengan maksiat seperti berzina, kumpul lelaki dan perempuan
atau bahkan minum-minuman keras. Tidak berbeda negara yang mayoritas
penduduknya kafir ataupun muslim. Padahal, perayaan tersebut identik dengan
hari besar orang Nasrani.
Para jama’ah rahimani wa rahimakumullah …
Di antara bentuk keimanan adalah berpegang pada prinsip wala’ dan
bara’, yang merupakan salah satu prinsip akidah dalam agama kita. Prinsip bara’
berarti berlepas diri dari ahli kitab, orang musyrik dan orang kafir. Prinsip
wala’ mengajarkan pula untuk mencintai muslim lainnya dan berpegang dengan
ajaran Islam.
Sedangkan saat ini prinsip ini sudah mulai lepas. Contohnya, kaum
muslimin tak punya lagi jati diri yang menunjukkan eksistensinya sebagai
seorang muslim. Tidak mau berbangga dengan berkata, “Saya itu MUSLIM.” Lihat
saja gaya muslim, mau sama dengan orang kafir. Lihat saja perayaan muslim,
ingin sama dengan orang kafir, bahkan ingin merayakan perayaan orang kafir.
Dalam istilah para ulama ada yang disebut dengan tasyabbuh.
Tasyabbuh itu dilarang, artinya kaum muslimin dilarang menyerupai/meniru-niru
non-muslim pada perkara yang merupakan ciri khas mereka.
Contoh sederhana dalam masalah penampilan. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajak untuk tidak menyerupai non-muslim.
Dalam hadits disebutkan,
جُزُّوا
الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ
“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan
selisilah Majusi.” (HR. Muslim, no. 260).
خَالِفُوا
الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan
pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari, no. 5892 dan Muslim, no. 259)
 Lihat maksud hadits dan
para ulama, kenapa sampai jenggot dilarang dicukur karena bertujuan untuk
menyelisihi orang musyrik dan Majusi.
Maksud penting dari larangan mencukur jenggot adalah agar tidak
melakukan tasyabbuh dengan non-muslim. Hal ini akan semakin dipertegas dalam
hadits-hadits larangan tasyabbuh berikut ini.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian
dari mereka.” (HR. Ahmad, 2: 50; Abu Daud, no. 4031. Syaikhul Islam dalam
Iqtidho‘, 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid -antara hasan dan
shahih-. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
  Kenapa sampai tasyabbuh
dilarang?
 Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya tasyabbuh (meniru gaya) orang kafir secara lahiriyah
mewariskan kecintaan dan kesetiaan dalam batin. (Iqtidh0’ Ash-Shiroth
Al-Mustaqim, 1: 549).
 Salah satu perayaan tahun
baru adalah dengan meniup terompet yang merupakan adat orang yahudi.
Contoh tentang menyembunyikan terompet ada larangan dalam hadits
berikut ini.
Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah
Anshar,
“Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat
berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan,
‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada
bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu
shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai
terompet. Nabi pun tidak setuju, lantas beliau bersabda,
هُوَ
مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ
‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang
ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar,
هُوَ
مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى
‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah
bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud, no. 498. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Para jama’ah rahimani wa rahimakumullah …
Seharusnya seorang muslim itu bangga dengan keislamannya, bukan
malah bangga dengan syi’ar agama lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْإِسْلَامَ
يَعْلُو وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ
“Islam itu tinggi dan tidaklah direndahkan.” (HR. Al Baihaqi dan
Ad Daruquthni, hasan).
 Namun benarlah umat Islam
saat ini sudah mulai kehilangan jati diri. Lebih bangga pada budaya non-muslim.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang
kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti
kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas
siapa lagi?” (HR. Muslim, no. 2669).
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا
بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ   اتَّقوا
اللهَ  وأَصلِحوا أَمْرَ دِينِكم
ومعَاشِكم، وتَفكَّروا فِي مَصِيرِكم ومَآلِكم
.
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Para jama’ah rahimani wa rahimakumullah …
Makna tahun baru yang dapat kita ambil hikmahnya adalah bahwa
dengan bertambahnya tahun, maka hakikatnya semakin berkurang usia atau umur
kita. Maka menyadari sepenuhnya seraya mengintrospeksi diri kita dan mentaubati
segala dosa dan kekeliruan kita di tahun yang lalu adalah langkah bijak di
tahun baru ini. Membangun optimisme serta berusaha memperbaiki segala
kesalahan, serta mengisi hari-hari yang akan datang dengan perbuatan-perbuatan
baik dan hal-hal yang bermanfaat lainnya jadikanlah harapan dan resolusi kita
untuk tahun-tahun yang akan kita lalui. Jadi tahun baru bukan untuk
berhura-hura tetapi sebagai sarana instropeksi diri.
Selain itu rasa gembira kita dengan datangnya tahun baru ini
jadikan sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah swt bahwa kita masih
diberi kesempatan untuk mempergunakan umur dan segala fasilitas hidup yang akan
kita pertanggungjawabkan nanti, sebagaimana disabdakan Nabi saw.
لَا
تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ عَزَّ
وَجَلَّ حَتَّى يَسْأَلَهُ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ
شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا
أَنْفَقَهُ، وَمَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kaki manusia pada hari kiamat dari sisi
Rabnya sehinga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya untuk apa ia
pergunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia
peroleh dan kemana ia infakkan, dan tentang ilmunya apa yang ia amalkan
(darinya).
Moga Allah meneguhkan kita di atas ajaran yang benar, menjaga iman
kita, menjauhkan kita dari tasyabbuh dengan non-muslim dan mematikan kita dalam
keadaan Islam, dalam keadaan husnul khatimah.
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa
yang bershalawat kepada Nabi sekali maka Allah akan membalas shalawatnya
sebanyak sepuluh kali.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ
كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling
dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ
السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا
الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا،
وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ
عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ
لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
.
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
IKADI NGUTER SUKOHARJO
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamain

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Leave a comment