KEAGUNGAN AKHLAK RASULULLAH


KEAGUNGAN AKHLAK RASULULLAH

Hasbi azhari

A. Kejujuran Rasulullah

Di dalam bahasa arab, kejujuran dikenal dengan istilah Ash-Shidqu, yang lawan katanya adalah Al-Kadzibu (dusta). Rasulullah ﷺ telah dikenal oleh orang-orang Quraisy sebagai manusia yang paling jujur, tidak pernah berdusta dan selalu dapat dipercaya. Oleh karena itulah, orang-orang Quraisy memanggil beliau dengan sebutan Al-Amin (orang yang dapat dipercaya), sejak beliau masih remaja dan jauh sebelum kenabiannya.

Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan sifat ini dalam firman-Nya:
وَمَايَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوْحَى
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.{An-Najm:3-4}

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Amr:
اُكْتُبْ فَوَا لَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ مَاخَرَجَ مِنِّى ِالاَّالْحَقُّ (رواه أبوداود)
“Tulislah! Demi, Dzat yang diriku berada dalam genggaman tangan-Nya, tidak ada yang keluar dari ucapanku kecuali kebenaran.”{HR.Abu Daud}
Yang paling menakjubkan, kejujuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ternyata tidak hanya diakui oleh keluarga, kerabat, sahabat dan pengikutnya saja, tetapi hal itu diakui pula oleh orang-orang yang memusuhinya. Bahkan mereka sangat yakin akan kebenaran ucapan yang beliau sampaikan.

Di awal kenabiannya, Rasulullah ﷺ berdiri di atas bukit Shafa dan menyeru semua manusia. Wahai Bani Abdul Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Luay, hingga semua kabilah Quraisy itu berkumpul. Lalu beliau bersabda, ‘Apa pendapat kalian jika aku kabarkan bahwa dari balik bukit ini ada pasukan berkuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?’ Secara serentak mereka pun menjawab, ‘Benar, kami percaya. Kami tidak pernah punya pengalaman dengan engkau kecuali kejujuran.’

Kemudian beliau bersabda: ’Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datang kepada kalian adzab yang pedih.’ Seketika itu juga mereka terdiam, kecuali Abu Lahab, karena kesombongannya ia langsung mengumpat beliau, ‘Wahai Muhammad, Celakalah engkau sepanjang masa. Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami?’

Peristiwa di atas merupakan salah satu bukti betapa besarnya keyakinan orang-orang Quraisy terhadap kejujuran beliau dan kebenaran ucapannya. Oleh karena itu, penolakan mereka terhadap risalah yang beliau bawa, bukanlah karena mereka menyangsikan kejujuran beliau, tetapi hal itu lebih disebabkan kesombongan mereka dalam menghadapi sebuah kebenaran.
Marilah kita simak, ucapan Abu Jahal, seorang pemuka kafir Quraisy yang sangat membenci dan memusuhi Rasulullah ﷺ. Dia berkata: “Wahai Muhammad, Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”.

Pada kesempatan yang lain dia pun berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku tahu bahwa apa yang disampaikannya itu memang benar. Namun ada sesuatu yang sepertinya menghalangiku”. Tentang hal ini Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُوْنَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِيْنَ بِئَايَاتِ اللهِ يَجْحَدُوْنَ
“Mereka sebenarnya tidak mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” {Al-An’am:33}

Demikian pula ucapan Ka’ab bin Asad, seorang pemimpin Yahudi Bani Quraizhah yang telah mengkhianati perjanjiannya dengan Rasulullah s.a.w pada perang Khandaq. Dia berkata:“Tidak aku dapati pada diri Muhammad selain kejujuran dan menepati janji”.
Itulah kesaksian-kesaksian yang datang dari orang-orang yang membencinya. Lalu, bagaimana kesaksian dari orang-orang yang sangat mencintai beliau? Tentu akan lebih mengagumkan dan lebih mengesankan.

Bersambung ….

Leave a comment