[Tadabbur]: Dua Sikap


Saudaraku sekalian, mari kita simak dua ayat di bawah ini:
“Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu” (QS Al Muthaffifiin 12-13)

“Dan apabila dibacakan (Al Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: “Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).” (QS Al Qashash 53)

Kira-kira, pelajaran apa yang bisa kita tarik dari dua ayat di atas?

Kalau kita perhatikan, ada satu kondisi yang disikapi dengan dua sikap yang berbeda. Sikap yang pertama adalah pendustaan, pengingkaran, penolakan, serta bernuansa mengejek dan merendahkan. Sedangkan sikap yang kedua adalah menerima, mengakui, meyakini, dan merasakannya sebagai sebuah nikmat yang tiada tara.

Saudaraku yang berbahagia

Sekarang, mari kita lihat ke dalam diri kita. Ketika ada seruan menuju kebenaran, ketika ada nasihat yang berisi tentang kebaikan, sikap apakah yang keluar dari diri kita? Penerimaan yang diikuti dengan kesyukuran, atau justru penolakan yang diikuti dengan penghinaan?

Ada sebagian orang yang begitu mudahnya mendengar dan menerima nasihat. Sepahit apapun nasihat itu, ia terima dengan lapang dada, wajah yang cerah, dan hati yang ikhlas. Seolah-olah ia berkata kepada sang pemberi nasihat, “Dia telah menyelamatkanku dari murkaNya, karena itulah aku berterima kasih kepadanya”.

Sebagian yang lain justru sebaliknya. Penolakannya begitu keras, bahkan melecehkan sang pemberi nasihat. Orang ini menilai bahwa sang penasihat adalah orang yang telah mencampuri urusannya dan mengganggu keasyikannya. Ia melihat sang penasihat sebagai orang yang sok tahu dan seabrek label-label negatif lainnya. Orang ini ketika menerima nasihat, maka dadanya akan sempit, akalnya pendek, dan emosinya langsung terpancing. Seolah-olah dia berkata, “Dia telah mencela urusanku. Sok tahu benar dia itu”.

Benarlah Rasulullah yang bersabda, “Tolong saudaramu , baik ia melakukan kezaliman ataupun ketika ia di zalimi.” Seorang laki-laki bertanya,” wahai Rasulullah SAW , saya harus menolongnya ketika ia di zalimi, lalu ketika ia melakukan kezaliman, bagaimana saya harus menolongnya?”Rasulullah SAW bersabda,” kamu menghalanginya untuk tidak berbuat zalim. Berarti kamu telah menolongnya.” (Muttafaq alaih)

Nah, saudaraku yang dirahmati Allah, dari dua situasi di atas, ada dimanakah diri kita?

Baron, November 2009
Sebuah ingatan untuk diri ini
Taujih Ustadz Durra

2 thoughts on “[Tadabbur]: Dua Sikap

  1. Kesentil jg nih…kadang agak cemberut menerima nasihat…sepertinya kita salah..(pdhl iya he..he..) perlu kelapangan dada untuk menerima nasehat…..hatur nuhun..terima kasih…Jfs….*komplit*

    Like

Leave a comment