Khutbah : Mencium Tangan sebagai sarana Tabarruk


Mencium Kaki Guru, Siapakah yang Mengajari Anda Wahai Pak Muslim? ::

Berbeda pendapat ya silahkan. Tak mau dicium tangannya juga silahkan. Tak ada yang melarang. Tapi jika masalah itu khilafiyyah, minimal katakan kepada jamaahnya; bahwa ini masalah khilafiyyah diantara para ulama. Atau jangan-jangan tidak tahu kalau itu masalah khilafiyyah? Dulu kuliah jurusan apa?
Memangnya haram mencium tangan orang shalih? Kok cium tangan, Imam Muslim (w. 261 H) saja dulu malah ijin akan mencium kaki Kyainya; Imam Bukhari (w. 256 H).
قال محمد بن حمدون بن رستم: سمعت مسلم بن الحجاج، وجاء إلى البخاري فقال: دعني أقبل رجليك يا أستاذ الأستاذين، وسيد المحدثين، وطبيب الحديث في علله .(سير أعلام النبلاء ط الحديث، شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي (المتوفى: 748هـ)، 10/ 100)
Muhammad bin Hamdun berkata; Saya mendengar Imam Muslim saat bertandang ke Imam Bukhari berkata: “Biarkanlah Saya mencium kedua kakimu, wahai gurunya para guru, tuannya para muhaddits, dan dokternya hadits dalam mengetahui illatnya. (ad-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, h. 10/100).
Bisa juga dibantah, itu kan Imam Muslim (w. 261 H) baru ijin mau mencium. Tak ada riwayat beliau benar-benar mencium. Jawabnya, memangnya ada juga riwayat yang menyebut bahwa Imam Bukhari (w. 256 H) menolaknya?
Okelah kalo itu kurang meyakinkan. Kita dengarkan saja petuah dari Syeikh Utsaimin (w. 1421 H).
المهم أن هذين الرجلين قبلا يد النبي صلى الله عليه وسلم ورجله فأقرهما على ذلك وفي هذا جواز تقبيل اليد والرجل للإنسان الكبير الشرف والعلم كذلك تقبيل اليد والرجل من الأب والأم وما أشبه ذلك لأن لهما حقا وهذا من التواضع. (شرح رياض الصالحين، محمد بن صالح بن محمد العثيمين (المتوفى: 1421هـ)،4/ 451)
Dua orang itu (tamu Nabi) memang telah mencium kaki Nabi Muhammad shallaallahu alaihi wasallam, Nabi mengakuinya tanpa mengingkari. Maka, hukumnya boleh mencium tangan dan kaki seseorang karena kemulyaannya, sebagaimana mencium tangan dan kaki Bapak maupun Ibu, karena memang hak mereka. Inilah bentuk dari sikap tawadhu’. (Utsaimin, Syarah Riyadh as-Shalihin, h. 4/ 451).
Justru kita bertanya-tanya, siapakah yang mengajari kalo mencium tangan atau kaki orang yang benar-benar shalih itu haram?
Kalo tak mau pakai pendapat yang membolehkan ya silahkan, minimal jamaah awam itu dikasih tau kalo masalah ini khilafiyyah, itu saja. Banyak ulama yang membolehkannya.
:: Tabarruk Dari Baju Imam Ahmad bin Hanbal ::
Berkaitan dengan masalah tabarruk. Lagi-lagi, jika tak percaya ada keberkahan atas bekas barang yang dipakai oleh orang shalih itu sah-sah saja. Tapi apa susahnya mengatakan bahwa ini masalah khilafiyyah.
Melarang muridnya meminum air minum bekasnya juga silahkan. Toh, jika orang itu benar-benar shalih, hampir tak ada yang merasa bahwa dirinya shalih. Justru yang merasa air bekasnya itu ada berkahnya, patut dicurigai keshalihannya.
Shalih; nama dari anaknya Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) dulu rumahnya pernah terbakar. Beliau menikah dengan putri orang kaya. Jika ditaksir, rumah dan perabotan serta barang berharga yang terbakar ada sekitar 4.000 dinar. Jika kurs 1 dinar sekarang 2,5 juta, maka ada sekitar Rp10.000.000.000,-.
Bukan hal itu yang menjadikan Shalih sedih. Hal yang menjadikan Beliau bersedih adalah ternyata baju dari Bapaknya; Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) ada di dalam rumah, kemungkinan besar ikut terbakar.
Padahal baju itu dahulu dipakai oleh Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) untuk shalat, maka Shalih ingin bertabarruk dengan baju itu untuk shalat juga.
Alhamdulillah, ternyata saat padam kebarakan itu, ternyata baju Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) tetap utuh, padahal barang di sekelilingnya telah habis terlalap api. Kisahnya versi berbahasa arabnya seperti ini:
قالت فاطمة بنت أحمد بن حنبل وقع الحريق في بيت أخي صالح وكان قد تزوج إلى قوم مياسير فحملوا إليه جهازا شبيها بأربعة آلاف دينار فأكلته النار فجعل صالح يقول ما غمني ما ذهب مني إلا ثوب أبي كان يصلى فيه أتبرك به وأصلي فيه، قالت فطفئ الحريق ودخلوا فوجدوا الثوب على سرير قد أكلت النار ما حوله والثوب سالم .(الآداب الشرعية والمنح المرعية، محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (المتوفى: 763هـ)، 2/ 12)
Tabarruk dengan atsar orang shalih sebenarnya bukan hal baru. Ulama-ulama dulu telah menuliskannya di kitab mereka.
Sesekali baca saja kitab dari Imam Nawawi (w. 676 H); al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, h. 1/ 244. Baca pula karya Imam Sirajuddin Ibn al-Mulaqqin (w. 804 H); at-Taudhih li Syarh al-Jami’ as-Shahih, h. 4/ 305. Baca pula karya Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H); Fath al-Bari, h. 1/ 569, 3/ 144. Baca pula karya Badruddin al-Aini (w. 855 H); Umdat al-Qari, h. 3/ 75. Baca pula karya Syihabuddin al-Qasthalani (w. 923 H), Irsyad as-Sari, h. 2/ 396. Baca pula karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H); Misbah az-Zujajah, h. 1/ 55. Baca pula karya as-Syaukani (w. 1250 H); Nail al-Authar, h. 4/ 40. Baca pula karya al-Adzim’abadi; Aunul Ma’bud, h. 11/ 70. Dan masih banyak lagi.
Itu ulama yang mengajari tentang bolehnya tabarruk dengan atsar orang shalih.
Jika memang dianggap tabarruk dengan atsar orang shalih itu sesat, maka nama-nama yang disebutkan diatas apakah juga dianggap ulama penyebar kesesatan? Tentu tak ada yang berani berkata seperti itu.
Jadi kalo ditanya; siapa yang mengajari tabarrukan dari bekasnya orang shalih, jawab saja “Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar, Imam Suyuthi, dkk..” Wallahua’lam.

Hanif Luthfi 


IKADI KEC NGUTER KAB SUKOHARJO

☘Sekretariat : Jl Raya Solo Wng Km 22 Sukoharjo

☘Butuh Khatib Dai Wilayah Nguter Sukoharjo 📞 081-2261-7316

Gabung channel telegram.me/ikadi_nguter

💈webinfo : http://www.ceramahsingkat.com

💈IG : @ikadi_nguter

💈Telegram : @ikadi_nguter

💈Fb.: Tausiyah Singkat

Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kec. Nguter Kab. Sukoharjo
Menebar Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Toko Busana Keluarga Muslim
GRIYA HILFAAZ 
Toko Busana Keluarga Muslim

Leave a comment