Khutbah Idul Fitri: Idul Fitri Sebagai Momentum Memperkokoh Kesatuan dan Persatuan Umat


Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Khutbah Idul Fitri: Idul
Fitri Sebagai Momentum Memperkokoh Kesatuan dan Persatuan Umat
Oleh: Ir. Agus Priyono,
M.S.; Amir Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
اَعْمَالِنَا،مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ
.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَاللهِ: اُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قال الله تعالى فى القران الكريم:  وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ
حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ
فَـإِنّ 
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِى
لنَّارِ
الله اكبر, الله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
 Hadirin kaum Muslimin Rahimakumullah,

Pada hari ‘Idul Fitri ini
umat Islam di berbagai penjuru dunia serentak merayakan suatu hari kemenangan,
yang kemudian dilanjutkan dengan saling bersilaturahmi untuk saling
bermaaf-maafan. Oleh karena itu, ‘Idul Fitri hendaknya dijadikan sebuah
momentum bagi umat Islam untuk mempererat dan memperkokoh tali persaudaraan,
sehingga umat Islam menjadi umat yang bersatu, karena pada dasarnya muslim
dengan muslim lainnya itu saudara, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam
firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam pun pernah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum
Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti
satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota
tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan
demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Hadits yang lain,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam menjelaskan pula:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mu’min terhadap
orang mu’min itu tak ubahnya bagaikan suatu bangunan yang bagian-bagiannya
saling kuat menguatkan.” (HR.Muslim).
Kalau kita melihat
persatuan dan kesatuan masyarakat muslim di zaman Rasulullah sungguh sangat
menakjubkan. Rasulullah telah membangun suatu masyarakat yang berada dalam
persatuan dan kesatuan yang kokoh yang dilandasi atas dasar kecintaan dan
tolong menolong. Suatu keistimewaan masyarakat muslim di zaman Rasulullah ialah
kuatnya ukhuwah fi dinillah, mahabbah (kecintaan) dan tolong menolong di antara
mereka, khususnya dalam kebaikan dan ketakwaan.
Rasulullah sangat menjaga
kesatuan ummat Islam, bahkan masalah persatuan ini mendapatkan perhatian yang
sangat besar bagi beliau. Apalagi ketika beliau berada di Madinah, Rasulullah
mempererat tali ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan demikian
jelaslah bahwa beliau dan para sahabatnya telah mencontohkan wujud kesatuan
umat yang utuh dengan ikatan persaudaraan.
Begitu juga dengan Shaum
Ramadhan yang baru saja kita lalui, sesungguhnya pendidikan Ramadhan telah
mengajarkan kepada kita tentang kesatuan umat yang harus dibangun.
Lihat saja syariat
terlihatnya hilal sebagai ketetapan awal Ramadhan bagi muslimin sedunia,
menandakan umat Islam jangan berbeda dalam pelaksanaan ibadah ini.
Demikian juga Perintah
Shaum untuk semua umat para Nabi, “Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu…”. (QS. Al-Baqarah[2]:183). Penggalan ayat diatas dapat difahami
bahwa dalam kewajiban bershaum ada makna kontinuitas atau keberlanjutan, dimana
perintah shaum itu tidak hanya bagi umat Nabi Muhammad SAW saja, melainkan
shaum itupun telah diwajibkan bagi  para
Nabi dan umat-umat sebelumnya. Hanya tentang waktu dan aturanya saja yang
berbeda, dari sini tampak bahwa Umat manusia itu dipandang oleh Allah SWT
sebagai satu kesatuan.
Kesatuan juga di
gambarkan pada prediksi kesamaan mengawali dan mengahiri shaum Ramadhan. Adanya
perhitungan/hisab yang diprediksikan sama oleh para Ahli Hisab untuk beberap
tahun kedepan menjadi potensi bagi Muslimin untuk dapat menumbuhkan semangat
kesatuan dan persatuan sehingga mewujud pada Ukhuwwah Islamiyyah, untuk itu
Kaum Muslimin diharapkan melalui bulan Ramadhan ini mampu memahami, menghayati,
dan mengamalkan tentang perintah berjama’ah sebagai wujud Islam yang rahmatan
lil ‘alamin.
Jamaah Idul Fitri
Rahimakumullah
Bagaimana dengan kondisi
umat saat ini? Kita sadari bahwa salah satu kelemahan ummat Islam selepas
kepemimpinan Khulafaur Rasyidin al-Mahdiyyin hingga saat ini adalah terbelahnya
kesatuan dan persatuan umat. Padahal adanya kesatuan dan persatuan akan dapat
menentukan masa depan dan sejarah ummat Islam itu sendiri.
Maka tanpa adanya
persatuan, ummat Islam menjadi lemah, beramacam-macam coraknya dan
terpisah-pisah potensinya, bahkan sebagian mencaci sebagian yang lain. 
كُلُّ حِزْبٍ
بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka.
Tanpa adanya kesatuan,
sepertinya tidak dapat digambarkan bahwa ummat Islam ini akan bangkit kembali
sebagai umat yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang seperti yang pernah
terjadi pada masa abad ke 7 Masehi. Ketika orang-orang Barat masih tidur dan
masih lemah, orang-orang Islam telah mengalami kejayaan dan kekuatan, sehingga
Islam tidak hanya berkuasa di Timur Tengah, tetapi Islam juga pernah menguasai
sebagian daratan Eropa, seperti Spanyol dan lain-lainnya.
Tanpa ada kesatuan,
muslimin di Palestina, di Myanmar, di Tiongkok tertindas, terampas hak-hak
hidupnya hingga saat ini, tanpa kemampuan muslimin lainnya untuk menolongnya,
hingga tanpa kejelasan kapan akan berakhir penderitaan mereka.
Tanpa ada kesatuan,
muslimin di Suriah, di Libanon dan di Timur Tengah lainnya saling berperang,
saling membunuh satu sama lain. Bukannya umat ini menjadi: Homo homini socius
(manusia menjadi teman sesama manusia), tetapi malah menjadi homo homini lupus
(manusia menjadi serigala manusia lainnya). Sungguh inilah bencana kemanusiaan
terbesar di muka bumi. Allah telah mengingatkan dengan firman-Nya:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
إِلا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang
kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu
(hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS.
Al-Anfal {8} : 73).
Allah berlepas diri dari
dampak perselisihan dan perpecahan yang terjadi di tengah umat ini, dengan
firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا
لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang
yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan,
tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan
mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. (QS. Al-An’am 159).
Jelaslah bahwa kesatuan
umat adalah harga mati bagi muslimin dimanapun berada. Agar terhindar dari
adzab Allah. Allah berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا
مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.”  (QS. Ali Imran: 105).
Persatuan dan kesatuan
umat Islam dapat tercapai, baik di masa Rasulullah hingga masa Khulafaur
Rasyidin al-Mahdiyyin, karena mereka hanya berpedoman kepada ajaran Al-Quran
dan As-Sunnah dan memahaminya sesuai dengan pemahaman yang benar. Pada saat itu
tidak ada golongan-golongan, harakah-harakah dan firqoh-firqoh lainnya yang
kita kenal saat ini.
Untuk kembali membangun
kesatuan umat, dimanapun muslimin hendaknya memahami dan mengamalkan Al-Quran
dan As-Sunnah secara konsisten. Perselisihan hingga perpecahan umat seringkali
bukan karena perbedaan ayat Al-Quran dan As-Sunnah, melainkan karena perbedaan
pemahaman terhadap ayat dan hadits tersebut akibat latar belakang  sosial politik serta tradisi yang menyelimuti
kehidupan umat.
Maka sudah saatnya di era
globalisasi dan keterbukaan ilmu dan teknologi mendorong umat untuk kembali
kepada tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah secara konsisten sebagaimana generasi
awal umat ini.
Tanpa kembali kepada
Al-Quran dan As-Sunnah dan berusaha memahaminya dengan baik dan benar,
sepertinya umat Islam saat ini sulit memiliki persatuaan dan kesatuan yang
hakiki. Dengan memahami Al-Quran dan As-Sunnah secara benar, maka
firqoh-firqoh, partai-partai, fanatisme golongan, dan lain sebagainya yang
dapat membawa perpecahan ummat Islam itu tidak akan terjadi di antara kita.
Hadirin kaum muslimin
yang berbahagia,
Kalau kita lihat firman
Allah dalam Al-Quran yang kita jadikan 
pedoman dalam hidup kita, ummat Islam itu sesungguhnya merupakan ummat
yang satu atau ummatan wahidah.
وان هذه امتكم
امة واحدة
  Sesungguhnya umatmu ini
merupakan umat yang satu (QS. Al-Mu’minun:52).
Karena umat Islam itu
merupakan umat yang satu, maka kesatuan umat Islam itu seharusnya merupakan
kesatuan yang utuh ber-Jama’ah, sehingga tidak mudah dihancurkan oleh orang
lain.
Masyarakat muslim di
jaman Rasulullah betul-betul adanya rasa keterikatan, tolong menolong dan
hormat menghormati satu dengan yang lainnya. Mereka tidak mendiamkan saudaranya
lebih dari tiga hari, tidak menganiaya tetangga, tidak berdusta, tidak
berbohong, tidak menipu, dan tidak saling berbuat curang.
Masyarakat muslim saat
itu betul-betul dihiasi oleh rasa cinta yang tulus, kasih sayang, kejujuran,
amanah, berbuat baik antara anak dan orang tua dan saling hormat menghormati
antara satu dengan yang lainnya. Mereka saling berkunjung, dan mengunjungi
saudaranya yang sakit, saling menyampaikan salam jika bertemu, nasihat
menasihati, saling menutupi ‘aib saudaranya dan saling menjaga kelemahan di
antara kaum muslimin. Dengan demikian, terciptalah suatu masyarakat yang
bersatu-padu, bagaikan bangunan yang tersusun rapi, saling menguatkan bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya.
Hadirin Rahimakumullah.
Allahu Akbar, Allahu
Akbar  wa lillahil hamd,
Kita selaku umat Islam
yang beriman dituntut oleh Allah untuk dapat mengamalkan dan menegakkan
syari’at Islam sebagai syari’at yang diturunkan Allah kepada kita untuk
mengatur kehidupan kita, baik dalam hubungannya dengan Allah dalam bentuk
ibadah mahdhah, seperti sholat, zakat, shaum dan haji, juga dalam hubungannya
dengan sesama manusia dalam bentuk mu’amalah, seperti tentang perekonomian,
kemasyarakatan, pemerintahan, hukum dan lain-lainnya.
Kita selaku ummat Islam
dituntut untuk dapat menerapkan syari’at Islam secara kaffah (menyeluruh)  dalam berbagai aspek kehidupan. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ
كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang
beriman! Masuklah kamu sekalian ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah
mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu merupakan
musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqoroh; 208).
Tantangan kedua setelah
perpecahan umat adalah praktik kehidupan Islami yang seharusnya diamalkan umat
Islam. Pada ayat diatas mengandung arti bahwa kita selaku ummat Islam dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari harus berpedoman kepada syari’at  Islam yang telah ditetapkan Allah dalam
Al-Quran, baik dalam menjalankan roda ekonomi, kemasyarakatan, pendidikan,  hukum dan lain-lainnya.
Dan apabila masyarakat
muslim hidupnya tidak berpedoman pada aturan-aturan Islam yang telah ditetapkan
Allah, maka akan sirnalah hakikat Islam sebagai agama Allah, dan jangan mimpi
ummat Islam menjadi ummat yang  berada
dalam keadilan, kesejahteraan dan kedamaian, bahkan sebaliknya kejahatan,
kemaksiatan akan merajalela di mana-mana. Namun, pada akhirnya, semua itu
kembali kepada kita sendiri. Adakah keinginan pada kita untuk dapat menegakkan
syari’at Islam secara kaffah atau mungkin kita akan tetap berada pada aturan
main Yahudi dan Nashrani. Adakah keinginan di antara kita agar ummat Islam
menjadi ummat yang unggul dan mengalamai kejayaan; adakah keinginan pada kita
untuk menjadi ummat yang bersatu, berjama’ah, sehingga menjadi kuat dan tidak
mudah digoyang oleh orang lain. Semua itu kembali kepada diri kita sendiri. Kalau
ada keinginan, marilah kita  perjuangkan
dengan mulai dari diri kita sendiri, sehingga cita-cita ummat Islam menjadi
ummat yang berjaya dan unggul dapat tercapai dalam ridha Allah SUBHANAHU
WATA’ALA. Amin.
Hadirin kaum Muslimin
Rahimakumullah,
Jika umat Islam hidup
ber-Jamaah dan ber-Imamah, serta mengamalkan nilai-nilai syariat secara
konsisten, maka akan terbentuklah umat teladan di muka bumi ini atau khoiro
ummah, sebagaimana firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali Imran:
110).
Firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala di atas merupakan pernyataan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa umat
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni kaum muslimin, sebagai umat
yang terbaik di antara umat manusia di muka bumi karena kompak hidup berjama’ah
tidak terpecah-belah. Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah hadits
dari Bahz bin Hakim bahwa tatkala membaca ayat ini Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. bersabda:
أنتم تتمون سبعين أمة أنتم خيرها و أكرمها عند الله
“Kalian adalah
penyempurna dari 70 umat, kalian yang terbaik di antara mereka dan termulia di
sisi Allah” (HR. At Tirmidzi).
Menurut Imam Qurthubi dan
Imam Ibnu Katsir, predikat tersebut sama dengan predikat ummatan wasathan  yang Allah sebut dalam firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah:143).
Jadi jelaslah bahwa
selama umat Islam berpecah belah, ber-firqoh-firqoh, maka fitnah dan kerusakan
umat akan terus terjadi, sementara saudara-saudara kita seakidah yang sedang
mengalami penindasan, nasibnya terkatung-katung karena tidak terbangunnya
kemampuan dan kepedulian sesama. Wallahu a’lam.
Hadirin kaum Muslimin
Rahimakumullah,
Demikianlah khutbah yang
dapat saya sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya, dan sebagai penutup dari
khutbah ini marilah kita bersama-sama memanjatkan do’a ke hadirat Allah
Subhanahu wata’ala yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ
الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ
رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ وَلَكَ
الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ
آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَاأَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ
إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
اَللَّهُمَّ أَعِنَّاعَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ
عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَادُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إَلَيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍوَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ
اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ
وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَا حَيُّ يَا
قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ
الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَرِّرَ
الْمَسْجِدَالأَقْصَى وَأَرْضَ فِلِسْطِيْنَ وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ
الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ
رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذهَدَيْتَنَا
وَهَبْ َنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَامِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا
مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
رَبَّنَا آتِنَافِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَالتَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِعَمَّا يَصِفُوْنَ.
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
(AK/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)

GRIYA HILFAAZ
Busana Muslim Berkualitas
💈webinfo : www.griyahilfaaz.com
💈IG : @griya_hilfaaz

💈Shopee : @griya_hilfaaz

💈Facebook: @griya_hilfaaz

💈Tokopedia: @griya_hilfaaz

💈Bukalapak: @griya_hilfaaz

Toko Busana Keluarga Muslim



SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART
SHOPCARTSHOPCARTSHOPCART

Leave a comment