Tahapan Pendidikan Islam (1)


Tahapan Pendidikan Islam (1)

Oleh Muhammad Atim

TILAWAH AYAT-AYAT-NYA, TAZKIYAH, DAN TA’LIM

Nabi Ibrohim as berdoa, “Ya Tuhan kami, dan utuslah pada mereka seorang Rosul dari mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan Kitab dan Hikmah, dan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqoroh: 129)

Alloh SWT menjawab dengan sedikit koreksi,

“Dialah yang telah mengutus di kalangan ummiy (tidak bisa baca tulis) seorang Rosul dari mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah, meskipun keadaan mereka sebelumnya benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).

“Sebagaimana Kami telah mengutus pada kalian seorang Rosul dari kalian yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Kami, mensucikan kalian dan mengajarkan kalian Kitab dan Hikmah, dan mengajarkan kalian apa yang sebelumnya tidak kalian ketahui.” (QS. Al-Baqoroh: 151)

Nabi Ibrohim as berdoa agar diutus seorang Rosul yang tugasnya mendidik umat dengan tahapan Tilawah ayat-ayat-Nya, Ta’lim kemudian Tazkiyah, tetapi dikoreksi menjadi Tilawah ayat-ayat-Nya, Tazkiyah, baru kemudian Ta’lim.

Ini sebuah tahapan dalam pendidikan.

Diawali dengan Tilawah ayat-ayat-Nya. Ibnu Asyur menjelaskan bahwa kata ayat menunjukkan titik tekannya adalah mu’jizat kebesaran Alloh. Jadi, membacakan ayat-ayat-Nya sebagai tahap pertama adalah titik tekannya agar manusia merasakan keagungan Alloh sehingga tumbuhlah keimanan. (Lihat tafsir At-Tahrir wat Tanwir)

Membacakan ayat-ayat-Nya, kalau kita pahami urutan turun Al-Qur’an adalah ayat-ayat Makiyyah, disana titik tekannya adalah penanaman iman. Dalam ayat-ayat Makiyyah, kalau disimpulkan isinya adalah:

1. Ayat-ayat Kauniyah (tanda kebesaran Alloh di alam semesta).

2. Kondisi kehidupan Akhirat

3. Hakikat Iman dan Kekufuran

4. Adab-adab keimanan

5. Kisah-kisah

Dengan ini, maka tahap selanjutnya bisa diraih, yaitu Tazkiyah An-Nufus (mensucikan jiwa). Akan tumbuh keimanan dan adab-adab atau akhlaq sebagai cerminan dari iman tersebut.

Baru setelah itu Ta’lim (mengajarkan ilmu). Pengajaran ilmu juga dengan tahapan Al-Kitab kemudian Al-Hikmah. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Al-Kitab adalah Al-Qur’an dan Al-Hikmah adalah As-Sunnah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Artinya Al-Qur’an diajarkan secara lengkap yang berisi hukum-hukum, petunjuk-petunjuk serta ilmu-ilmunya yang lebih mendetail. Kemudian As-Sunnah. Baru setelah itu kepada ilmu-ilmu yang merupakan aplikasi dari kedua sumber tersebut. Baik ilmu Syar’i seperti Aqidah, Fiqih, Ushul Fiqih, dll, atau ilmu-ilmu Kauni seperti ilmu sosial dan ilmu alam.

Dengan tahapan seperti ini, Tilawatul Ayaat, Tazkiyah kemudian Ta’lim, maka Insya Alloh akan teraihnya pribadi seorang mu’min yang seperti pohon kurma. Alloh menggambarkan,

“Tidakkah kamu melihat bagaimana Alloh membuat perumpamaan kalimat thoyyibah seperti pohon yang baik (pohon kurma), akarnya menancap dan cabangnya menjulang ke langit. Memberi makanannya setiap musim dengan izin Tuhannya. Dan Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia agar mereka selalu ingat.” (QS. Ibrohim: 24-25)

Akar keimanan yang menancap, karya amal sholeh yang menjulang tinggi serta memberi manfaat di setiap saat.

Tilawatul Aayat dan Tazkiyah itu kaitannya dengan ruh, sedangkan Ta’lim kaitannya dengan akal dan fisik. Maka, tahapan pendidikan Islam juga berarti, dimulai dari Ruh, kemudian Akal, kemudian Jasad.

Leave a comment