NGAJI BIDAYATUL HIDAYAH KE-5 : 3 jenis dalam perkara menuntut ilmu.


NGAJI BIDAYATUL HIDAYAH KE-5

Penting untuk kalian ketahui, bahwa orang itu ada 3 jenis dalam perkara menuntut ilmu.

Jenis pertama adalah orang yang menuntut ilmu dengan niat utama menjadikannya bekal untuk kehidupan di akhirat nanti, dengan niat untuk ridha Allah dan hidup bahagia di akhirat. Inilah jenis orang yang sukses dunia-akhirat.

Jenis kedua adalah orang yang menuntut ilmu dengan niat utama untuk meraih kejayaan di dunia ini. Yang dengan ilmu yang dia kuasai, dia utamanya berniat untuk mendapatkan kuasa/power atas orang lain, mendapatkan pangkat bagus atau mendapatkan harta melimpah. Nah, orang jenis kedua ini sebenarnya tahu bahwa berbagai kerja yang dia lakukan itu sebenarnya tak berumur panjang dan bukan target yang value-nya tinggi.

Orang jenis kedua ini adalah orang ceroboh/careless. Maka, jika ajalnya datang sebelum ia sempat taubat nasuha, dikhawatirkan ia akan mendapatkan su’ul khatimah, atau jika kita tak ingin memusingkannya, biarlah Allah yang memutuskan. Dan jika ia diberi taufiq oleh Allah untuk taubat nasuha dulu sebelum ajalnya tiba, sembari mengamalkan ilmunya dan membayar kesalahannya di masa lalu, maka ia bisa digolongkan ke orang jenis pertama, berdasarkan hadis: “orang yang sukses taubat nasuha itu adalah seperti orang yang tak ada dosa sama sekali.” (Tercantum dalam Sunan Ibn Majah dan al-Mu’jam al-Kabir nya Imam ath-Thabrani)

Jenis ketiga adalah orang yang berhasil dikuasai oleh setan, atau malah sendirinya jadi setan dari golongan manusia…. Ia memakai ilmu yang ia kuasai untuk menumpuk harta (dari jalur apapun), untuk mengakumulasi kekuatan dengan pangkatnya (untuk keuntungan diri sendiri saja), untuk bersikap angkuh karena banyaknya pengikut. Dengan ilmu-ilmu yang ia kuasai, ia akan mengolah segala peluang yang tampak padanya untuk terus menguntungkan dirinya sendiri di dunia ini. Orang jenis ketiga ini, dengan segala yang ia lakukan, ia tetap merasa sebagai orang saleh atau bahkan menganggap dirinya sebagai ulama. Karena ia (utamanya di depan publik) berpakaian dan berbicara seperti mereka sembari terus memuaskan keserakahannya (baik secara vulgar atau halus).

Orang jenis ketiga ini adalah golongan “halikin” alias orang yang akan celaka di akhirat nanti, orang yang bodoh akan hakikat kehidupan dan tertipu pihak luar dan menipu diri sendiri terus-menerus. Orang jenis ketiga ini sulit diharapkan akan bertaubat karena ia selalu menyangka bahwa dirinya adalah pelaku kebaikan. Ia itu telah melalaikan ayat 2 dari Surat ash-Shaf:

ياأيها الذين آمنوا لم تقولون ما لا تفعلون

Untuk memperjelas pemahaman, simak tafsiran ayat itu: “Wahai orang-orang yang berilmu tentang syariat Islam! Kenapa kalian sering membicarakan bahkan memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan berpahala, atau kalian mencitrakan diri sebagai orang saleh, padahal aslinya kalian malas mengamalkan apa yang kalian sering bicarakan itu?… Dan kenapa kalian sering melarang orang dari suatu perbuatan berdosa, bahkan kalian mencitrakan diri sebagai “orang bersih”, padahal kalian sering juga melakukannya?” Jawabannya ada si ayat berikutnya, yaitu tak layak tingkah seperti itu bagi orang Islam, terutama bagi mereka yang berilmu. Allah sangat tak suka itu. Dan idealnya bagi orang yang suka memerintahkan/mengajak untuk mengerjakan pekerjaan yang berpahala, dialah yang duluan melakukannya. Begitu pula sebaliknya. (Dinukil dari Tafsir as-Sa’di)

Wallahu A’lam.

Semoga bermanfaat untuk diri saya sendiri dan para pembaca!

✍ Muhammad Gamal Abdurrahman

Sumber:

Al Ghazali, Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad. 2022 M. Bidayatul Hidayah. (ed) Ibnu Harjo Al Jawi. Depok: Maktabah at-Turmusy Litturots

Leave a comment