Wudhu adalah penenang jiwa


“Wudhu”

Kita tentu sudah berkali-kali berwudhu. Bahkan sudah bertahun-tahun melakukannya. Tapi mungkin ia terlewati begitu saja. Jauh dari makna-makna, jauh dari kenikmatan. .

Betapa indahnya jika kita mau meralat cara kita memperlakukan wudhu, dan mengubah cara pandang kita tentang wadhu. Agar ia tidak sekadar ritual basuh-basuh. Wudhu adalah penenang jiwa yang dengannya kita menciptakan identitas.
.

Menghadirkan kembali kesadaran akan wudhu sebagai identitas sangat penting di tengah kehidupan kita kini yang semakin tergerus oleh banyak simbol yang kosong identitas. Banyak dari kita yang mulai mengalami kegamangan tentang identitas dirinya.
. .
Dari sana lantas kita bisa merasa sulit menemukan ketenangan jiwa, kesegaran hidup, dan pandangan yang cerah terarah. Pada wudhu ada struktur kuat yang bisa mengurai itu. Tidak semata pada siramannya, tapi juga pada bobot dan nilai yang dilekatkan oleh Allah dan Rasul-Nya pada wudhu itu sendiri.
. Maka kerumitan di sepanjang waktu dan perjalanan hidup ini akan terus hadir. Tapi wudhu punya caranya untuk mengambil peran mendasar. Ini yang kita sebut dengan jaman yang kita harus banyak membersihkan diri dengan wudhu.

Wudhu dengan sepenuh kesadaran akan prinsip-prinsipnya tersebut pasti tidak mudah kita hadirkan. Bukan saja karena polusi udara yang mendebukan wajah-wajah kita. .

Tapi juga polusi makna yang seringkali mengotori hati kita. Hati kita semakin mudah lelah. Pikiran kita cepat sekali terganggu. Kadang kita membiarkan relung-relung hati kita diambil oleh realitas yang kering akan makna. Waktu kita terambil oleh segala ketergesaan. . .
Padahal dalam wudhu di mana kita membasuh sebagian anggota badan, memiliki kesudahan yang panjang. .
Maka wudhu semestinya tak sekadar membasahi diri dengan air. Wudhu seharusnya terasa membasuh diri dengan cahaya. Sebab wudhu adalah ciri dan tanda yang akan kita bawa hingga akhir kehidupan kelak.

Leave a comment