Ruqyah Syariah Apa Sih?


1. Apa Tujuan tujuan yang harus diupayakan oleh para pelaku ruqyah Syariah.

Tujuan tujuan tersebut adalah.

1) menunjukkan hakikat Ruqyah Syariah sebagai solusi untuk penyakit-penyakit yang dialami oleh manusia, seperti sakit kerana gangguan jin iaitu kesurupan, sakit kerana sihir, sakit kerana Ain, sakit kerana hasad dan sebagainya.

Dan menjelaskan bahawa semua penyakit tersebut sebagaimana juga penyakit-penyakit lainnya ada ubatnya.

Bisa dicegah sebelum terjadi Dan hal itu bisa dilakukan tetap sesuai tuntunan al-quran dan as-sunnah.

2) berusaha membendung dan mencegah penyebaran bid’ah Khurafat dan kebiasaan kebiasaan yang salah.

Terus-menerus menyebarluaskan Ruqyah Syariah ke tengah-tengah masyarakat.

Kembali kepada manhaj yang Islami yang benar sebagai bekal.

3) Memberi perhatian akan bahaya tersebarnya penyakit penyakit yang menimpa manusia.

seperti penyakit kerana gangguan jin, penyakit kerana sihir, penyakit kerana Ain, penyakit kerana hasad, dan yang semacamnya.

Terkait merebaknya sihir di beberapa negeri Islam dan jauhnya penduduk negeri-negeri itu dari ajaran Islam yang sebenarnya.

4) Perhatikan dari para da’i agar menunjukkan Ruqyah Syariah yang sebenarnya.

kerana hal itu sangat didorong oleh agama kita yang lurus (Islam).

menumbuh-kembangkan kaedah-kaedah yang prinsip-prinsip Islam atau Ruqyah Syariah pada jiwa manusia dan mendidik mereka sesuai prinsip dan kaedah tersebut.

Ditulis ulang oleh : ذوالفقار

Rabu 21.11.2018

📚Sumber : Ruqyah Syariah
ابو البر اء اسامة بن يا سين المعاني
✍️ Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 13

2. Makna Ruqyah syar’iyyah

1) makna Istilah
Menurut Ibnu Al-Atsir: Ruqyah adalah (doa-doa / bacaan) untuk perlindungan yang ditujukan kepada orang yang sedang sakit, seperti demam dan gangguan jin, serta penyakit-penyakit lainnya. [An-Nihayah fi Gharib al-hadits: 2/254]

2) Makna Bahasa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskanya: ar-ruqo bermakna perlindungan (at-ta’widz). Istirqo berarti minta Ruqyah.
Ruqyah merupakan salah satu jenis doa. [Majmu’ Al-Fatawa: 10/195]

Catatan penting:

Mereka mengatakan: kalian itu meruqyah padahal Rasulullah ﷺ
Tidak melakukannya.

Bagaimanakah kita menjawap dan membantahnya?

Pertama, dalam hadits yang menceritakan Rasulullah ﷺ kena sihir, beliau berdoa. Doa yang dilakukan beliau adalah ruqyah.

Kedua, Rasulullah ﷺ di banyak hadits mendorong dilakukan Ruqyah syar’iyyah.

Imam Syafi’i mengatakan:

“Apakah anda meremehkan doa dan merendahkannya?

Tahukah anda, apa yang dilakukan oleh doa?

Doa adalah ana panah di malam hari yang tidak akan meleset Akan tetapi doa (kadang) perlu waktu. Dan waktu itu pasti ada akhirnya. “

Kisah Nyata

Ada seorang wanita yang melakukan Shalat malam. Surat yang dia baca di Shalat malam itu surat Al-Baqarah. Dengan izin Allahﷻ dia Memperoleh kesembuhan.

3. Apakah syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah❓

Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahhab menjelaskan: Imam as-Suyuthi mengatakan: “Ulama telah sepakat, bahawa ruqyah itu dibolehkan ketika telah terpenuhi tiga syarat:

1) yang digunakan meruqyah adalah kalamullah (ayat-ayat Al-Quran) atau nama-nama dan sifat-sifat Allahﷻ

2) mengunakan bahasa Arab atau bahasa apa saja yang bisa dipahami maknanya.

3) Meyakini bahwa bukan ruqyah itu sendiri yang memiliki pengaruh, tetapi ketetapan Allahﷻ
[Tafsir al-Aziz al-Hamid Syarah Kitab at-Tauhid: 167]

Ibnu Hajar menjelaskan: “Ulama telah sepakat mengenai kebolehan meruqyah ketika telah terpenuhi tiga syarat tersebut” [Fathul Bari: 10/206]

Contoh kasus:

Ada seorang peruqyah yang meminta si pasien yang sesak nafas, kemudian dia membaca bismillah awwaluhu wa aakhiruh. kemudian setelah itu dia pun bisa bernafas lega. Dia pun mengulang-ngulang bacaan tersebut.

Saya bertanya kepada Dokter Ibrahim bin Muhammad al-Buraikan tentang bacaan ruqyah tersebut. Beliau membolehkannya. Berdasarkan hadits rasulullah ﷺ. “tunjukkan kepadaku ruqyah kalian… “

4. Bagaimana tata cara melakukan ruqyah syar’iyyah yang benar❓

1) membaca ayat-ayat Al-Qur’an, utamanya yang sudah dikenal sebagai ayat-ayat ruqyah syar’iyyah, seperti: al-Fatihah, 5 ayat pertama surat al-Baqarah, ayat kursi, 2 ayat terakhir surat al-Baqarah, seluruh ayat dalam surat al-Baqarah, al-kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas.

2) berdoa dengan menggunakan doa-doa yang dicontohkan Rasulullah ﷺ seperti:
*أسأل الله العظيم رب العرش العظيم ان يشفيك

*بسم الله بسم الله بسم الله؛ أعيذك بعزة الله وقدرته من شر ما تجد ونحاذر

3) meniup kepala, lalu wajah dan badannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ, dan juga dilakukan oleh ‘Aisyah رضي الله عنها ketika menjelang wafatnya nabi ﷺ.

4) Boleh meniupkannya pada air, minyak, madu, habbatussauda dan yang semisalnya. Agar terjadi percampuran antara benda-benda itu dengan tiupan yang telah bercampur dengan kalamullah (al-Quran).

Mengenai tiupan, ada fatwa dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin yang membolehkan meniup semua benda-benda yang bisa dimakan dan minum, juga benda-benda lainnya.

5. Kapan melakukan ruqyah itu, sebelum atau sesudah sakit❓

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah tersebut. Yang kuat (rajih) adalah ruqyah itu bisa dilakukan sebelum dan ketika sakit.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan: “sekelompok orang mengatakan: yang dilarang adalah ruqyah sebelum terjadinya bencana (penyakit). Dan yang diizinkan adalah ruqyah setelah terjadi bencana (penyakit). Itu adalah pendapat Ibnu Abdilbar, Baihaqi, dan selain keduanya. Meskipun pendapat tersebut masih bisa didiskusikan.” [Fathul Bari: 10/196]

6. Bagaimana jika sakit lalu ke tukang sihir❓

Bagaimana dengan ungkapan, “Sihir tidak bisa diatasi kecuali oleh tukang sihir?” Apakah hukum melakukan sihir atau pergi ke tukang sihir itu, halal atau haram atau makruh?

Allahﷻ berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 102:

(وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ)
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.
[Surat Al-Baqarah 102]

Hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahawasanya Nabiﷺ bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang di katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammadﷺ [HR. Ahmad]

Jika Allahﷻ telah mengharamkan berobat dengan sesuatu yang haram, maka berdasarkan kaidah mim bab aula, haram pula berobat dengan sesuatu yang menyebabkan kekufuran. Kita berlindung kepada Allahﷻ dari yang demikian.

Hadits dari Abdullah bin Mas’ud رصي الله عنه bahawasanya Nabiﷺ bersabda:

إِنَّ اللّـهَ لـمْ يَجْعَل شِفَا ءَكُمْ فِيمَا حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan obat bagi kalian pada sesuatu yang diharamkan kepada kalian. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 8/23 No. 130 & 133, Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/108, dan yang lainnya; dishaihihkan oleh al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah 4/174, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. Thn. 1415 H]

Apa yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir sehingga perintahnya ditaati:

1) Menuliskan ayat-ayat al-Qur’an dengan darah haid.
2) Memotong-motong huruf-huruf al-Qur’an.
3) Menghinakan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Syaikh Wahid Abdussalam Bali menjelaskan sebagian sarana yang digunakan oleh tukang-tukang sihir dalam rangka mendekat kepada setan. Beliau menunturkan: “Di antara Tukang-tukang sihir itu ada yang menjalankan mushaf al-Qur’an sebagai alas (kesat) kedua telapak kakinya ketika dia akan masuk WC; ada juga yang menulis sebahagian ayat-ayat al-Qur’an dengan kotoran (sesuatu yang najis); ada yang menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan darah haid; ada yang menuliskan ayat-ayat al-Qur’an di kedua tetapak kakinya; dan ada yang menuliskan surat al-Fatihah dengan dibalik.” [Ash-Sharim al-Battar fi at-Tashodda li as-Asyrar, hlm. 18]

Kisah Nyata


Seorang pemudi yang menyihir saudara perempuannya sendiri.

7. Siapa sebenarnya yang harus menjadi pelaku ruqyah syar’iyyah❓

Mana yang paling penting dalam ruqyah syar’iyah?

Apakah harus mencari seorang peruqyah yang terpercaya?

Atau dia bisa meruqyah dirinya, keluarganya, dan para mahramnya?

Pada prinsipnya, dalam ruqyah syar’iyyah itu sesorang memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allahﷻ sehingga dia bisa meruqyah dirinya, keluarganya serta para mahramnya.

Yang demikian itu adalah yang paling selamat, paling bertakwa, dan paling terjaga. Dan inilah yang menjadi pendapat syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمى الله

Cara yang seperti itu bisa merealisasikan banyak manfaat, yaitu:

1) Lebih besar kemungkinannya untuk di kabulkan doanya.
2) Lebih selamat dari kemungkinan ditipu oleh para penipu.
3) Lebih terjaga untuk para wanita.

Kisah nyata


Kisah seorang wanita yang mengirim surat ke sebuah Lembaga yang khusus menangani sihir jahat.

8. Adakah syarat-syarat khusus yang dipenuhi oleh seorang peruqyah❓

Syarat khusus yang harus dimiliki Peruqyah, yaitu ilmu syar’i dan ilmu tentang pengobataan (Aspek Praktek).

1) Ilmu syar’i: pengatauhan terhadap ilmu syar’i ini menjadi syarat yang sangat penting dimiliki oleh seorang peruqyah. Sehingga metode dan cara yang ditempuh seorang peruqyah berjalan sesuai kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip syariat. Poin-poin berikut menegakkan betapa pentingnya ilmu syar’i untuk dikuasai oleh seorang peruqyah:

a. Memudahkan Peruqyah untuk mencapai tujuan terpenting bagi dirinya, yaitu bertakwa kepada Allahﷻ dalam banyak masalah yang dihadapi oleh peruqyah ketika meruqyah, membutuhkan pengetahuan tentang syariat. Contohnya, mengetauhi mana yang boleh dan tidak boleh; berhati-hati terhadap fitnah wanita; dan mengatauhi halal-haram.

b. berhati-hati terhadap hal-hal baru dalam masalah-masalah ruqyah syar’iyyah. Berusaha mengikatkan diri dengan kaidah-kaidah ruqyah syar’iyyah dan disiplin menjalankan aturan-aturannya, selalu dalam koridor syariat.

c. Memperkokoh akidah yang benar. pemahamam akidah yang benar itu dia ikuti dalam metode pengobataannya. Lalu dia mengarahkan masyarakat untuk mengambil prinsip-prinsip akidah itu.

d. Mengkokohkan kaidah-kaidah yang digunakan dalam beristidlal (memahami dalil) dan menunjukkannya dalam perkataan mahupun perbuatannya. sentiasa bersandar pada Allahﷻ kemudian berpegang teguh dengan al-Quran dan as-Sunnah, ijma dan pendapat para ulama.

e. Mau memperbaiki kesalahan, kembali kepada kebenaran, serta senantiasa minta ampun atas segala dosa. semua itu tidak mungkin dipahami kecuali melalui ilmu syar’i. Dengan memahami ilmu syar’i menjadikan ruqyah syar’iyyah, hukum-hukumnya, kaidah-kaidahnya sebagai sesuatu amanah dan tanggung jawab yang ada pada peruqyah.

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh: “Di antara karakter yang harus dimiliki seorang peruqyah adalah berilmu. Maksudnya adalah ilmu yang bermanfaat. Dia memiliki ilmu bahwa ruqyah syar’iyyah itu ditetapkan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. [Majalah ad-Dakwah, hal. 22 Edisi 1683, Dzulqaidah 1419 H]

Ringkasnya, yang dimaksud dengan ilmu syar’i yang sesuai kebutuhan seorang peruqyah adalah sebagai berikut:

a) Akidah Islam: kewajipan yang pasti bagi seorang muslim yang berakal adalah mempelajari akidah islam yang bersih, agar dirinya selamat di hari akhir.

b) Ikhlas beribadah kepada Allahﷻ: hal itu dengan ketundukan secara sempurna kepada Allahﷻ sehingga dirinya bisa sampai kepada darajat penghambaan sebagaimana yang Allah sampaikan dalam firman-Nya:

(إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ)
Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.
[Surat Al-Hijr 42]

Pembagian Ibadah


Ibadah bermakna sebuah nama yang mencakup segala hal yang dicintai Allahﷻ baik perkataan maupun perbuatan, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Ada 4 macam ibadah:

i. Ibadah jasmani (badaniyah): seperti solat, puasa, haji, thawaf, rukuk, sujud, dan lain sebagainya.

ii. Ibadah harta (maliyah): seperti berkurban, nadzar, zakat, sedekah.

iii. Ibadah hati (qalbiyah): seperti khusus, tunduk (khudu’), merendahkan diri kepada Allahﷻ (inkisar), cinta, tawakal, taubat, dan ikhlas.

iv. ibadah perkataan (qauliyah): seperti bersumpah, minta tolong, berdoa, dzikir dan minta perlindungan.

semua jenis ibadah itu wajib hanya ditujukan kepada Allahﷻ tidak boleh ditujukan kepada selain Allahﷻ, seperti kepada malaikat, nabi, atau wali yang shaleh dan selain mereka.

c) Al-Qur’an al-Karim: suatu hal sudah dimaklumi, bahawa setiap orang yang membaca al-Qur’an itu wajib ‘ain memperhatikan tajwidnya (hukum-hukum membaca al-Quran). Allahﷻ berfirman dalam surat al-Muzammil ayat 4:

(وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا)
dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
[Surat Al-Muzzammil 4]

d) Mengatauhi sunnah Nabi. orang-orang yang menjalankan sunnah-sunnah Nabiﷺ dan ahli dzikir Adalah o

rang yang paling jauh dari setan, paling kuat melawan setan dan paling terjaga dari godaan setan.

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin ditanya tentang hukum orang yang meruqyah padahal bukan termasuk ulama (ahlul ilmi). Beliau menjawab: “yang benar, dia tetap boleh meruqyah. Siapa saja boleh meruqyah selama dia bisa membaca al-Quran dengan baik, memahami maknanya, akidahnya lurus, beramal shaleh, istiqomah dalam kebaikan, dan tidak disyaratkan menguasai ilmu hingga ke detil-detilnya. [Al-Fatawa adz-Dzahabiyah, hal. 35-36]

2) Ilmu tentang pengobataan (Aspek praktek)

Termasuk di bawah itu adalah ilmu syar’i yang terkait dengan pengorbanan yang berlandaskan kitabullah dan sunnah Rasulullah ﷺ. Demikian juga, memiliki pengalaman yang cukup dalam praktek langsung terhadap ilmu yang sangat penting serta diperlukan ini untuk mencegah bahaya yang akan menimpa umat islam, diri sendiri, keluarga dan anak. Ilmu pengobataan ini akan lebih afdhal diambil dari orang yang memiliki ilmu syar’i dan memiliki pengalaman yang luas dalam masalah ini. Sebagaimana yang Allahﷻ beritahukan dalam firmannya di surat An-naas Nahl, ayat 43:

(وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
[Surat An-Nahl 43]

Dengan Demikian, maslahat syar’i kerana mendalami ilmu yang terkait dengan pengobataan dan terus melakukan berbagai pengkajian serta penelitian, akan memberi pengaruh dan manfaat sangat besar. Baik menyangkut perkara-perkara umum, atau aspek teori dan praktek bagi para praktisi ruqyah. Sebahagian manfaat tersebut saya ringkas dalam Poin-poin berikut ini:

a. Belajar ruqyah syar’iyyah yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan as-Sunnah, tampa melakukan perubahan, mengadakan hal-hal baru, atau condong pada kesesatan.

b).meluangkan waktu dan upaya yang serius untuk mengkaji dan meneliti masalah-masalah uang lama maupun yang baru yang terkait dengan ruqyah syar’iyyah dan pengobatan.

c. Terus mempelajari metode dan sarana-sarana yang paling efektif dan efesien dalam mengobati dan menjaga keselamatan si pasien.

d. Berkonsultasi dalam menghadapi sebagian masalah-masalah yang terbaru yang khusus terkait ruqyah syar’iyyah dan pengobataan.

9. Apa yang harus dilakukan oleh seorang peruqyah ketika menemui situasi sulit❓

Pada sebagian kasus-kasus yang sulit, ruqyah dan pengobataan membutuhkan jangka waktu tertentu. Dalam keadaan seperti itu, seorang peruqyah harus melakukan langkah-langkah berikut ini:

1) memotivasi pasien agar bersabar dan berlapang dada. perlu ditegaskan bahwa yang berhak memberi kesembuhan itu hanya Allahﷻ kesembuhan itu di bawah kendali dan kuasa Allahﷻ Peruqyah perlu menumbuhkan harapan pada si pasien dan menerangkan bahwa solusi dari masalah yang dia hadapi sudah sangat dekat, tentu dengan izin Allahﷻ

2) Ruqyah dilakukan terus menerus dan diikuti dengan dakwah agar mau kembali kepada Allahﷻ baik dalam kasus gangguan sihir maupun sakit biasa. Bisa juga digunakan teknik memberi kabar gembira (targhib) dan ancaman (tarhib). Sesorang Peruqyah tidak boleh berputus asa dan menyerah kalah karena sulitnya kasus yang dihadapi.

3) Memberi pengarahan dan nasihat-nasihat keagamaan kepada si pasien. Seperti pentingnya menjaga shalat 5 waktu, shalat-shalat sunnah, berzikir dan berdoa, shalat malam sesuai kemampuan, bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, berakhlak baik, serta menjauhi perbuatan maksiat.

4) Mengarahkan si pasien agar menggunakan herbal-herbal yang bermanfaat yang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Selain itu, pengunaan herbal-herbal yang mubah yang sesuai dengan karakter penyakit si pasien itu disertai dengan menguatkan hal-hal berikut pada diri si pasien:

1) Membangun keyakinan pasien bahwa herbal-herbal itu memiliki khasiat dan manfaat yang besar kerana telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

2) Menjelaskan pada si pasien bahwa pengguna semua sarana itu baik yang bersifat syar’i maupun hissi (benda/materi fisik yang bisa diindra) semata-mata sebagai upaya untuk memperoleh kesembuhan.

3) Minta bantuan kepada dokter-doktor ahli untuk mengetahui informasi penting dalam masalah yang terkait dengan kesehatan tubuh dan kejiwaan.

4) Sesorang peruqyah dalam menggunakan sebagaian herbal-herbal yang membantu pengobataan haruslah berdasarkan informasi yang memadai.

5) Menjelaskan tata cara yang benar dalam menggunakan herbal-herbal itu tampa terlalu melebih-lebihkan tentang khasiatnya. Dan menjelaskan juga bahwa pada sebagian kondisi kadang bisa mengakibatkan efek negatif lagi membahayakan hidup si pasien.

10. Bagaimana Islam menyikapi Ruqyah syar’iyyah❓

Rasulullah ﷺ dalam banyak hadits, menganjurkan untuk melakukan ruqyah syar’iyyah.

Hadits pertama


عـنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ لْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِيِ الْجَا هِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَا لَ اعْرِ ضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِلرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i dia berkata, “kami biasa melakukan mantra pada masa jahiliyah.” lalu kami bertanya, “Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantra?” Jawab beliau, “Peragakanlah mantramu itu di hadapanku. Mantra itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.” [HR. Muslim]

Hadits kedua


عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبٍيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى فِي بَيْتِهَاجَارِيَةً فِي وَجْهِهَا سَفْعَةٌ فَقَالَ اسْتَرْ قُوا لَهَا فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ تَابَعَهَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَالِمٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ وَقَالَ عُقَيْلٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي عُرِوَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ

Dari ummu Salamahرضيالله عنها bahawa Nabi ﷺ melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau melihat bekas hitam pada wajah budak itu, beliau bersabda: Ruqyalah dia, kerana padanya terdapat nadlrah (sisa sakit yang disebabkan kerana sorotan mata jahat).” Hadits ini diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi, dan berkata Uqail dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Urwah dari Nabi ﷺ [HR. Bukhari]

Hadits ketiga


عَنْ عَاءِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُهَاأَنْ تَسْتَرْ قِيَ مِنْ الْعَيْنِ

Dari ‘َAisyah bahwa Rasulullah ﷺ menyuruhku supaya meruqyah penyakit dari pengaruh pandangan mata jahat. [HR. Bukhari-Muslim]

Hadits keempat


عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ وَأَخْبـرَنِي أَبُو ازَّبَيْرِ أَنَّهُ سَمٌعَ جَابِرَبْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُارَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآلِ حَزْمٍ فِي رُقْيَةِالْحَيَّةِ وَقَالَ لِأَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ مَا لِي أَرَى أجْسَامَ بَنِي أَخِي ضَارِعَةً تُصِيبُهُمْ الْحَاجَةُ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ الْعـيْنُ تُشْرِعُ إِلَيْهِمْ قَالَ ارْقٍيهِمْ قَالَتْ فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ ارْقِيهِمْ

Dari Juraij dia berkata: Dan telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia mendengar Jubair bin Abdullah berkata, “Rasulullah ﷺ Membolehkan keluarga Hazm meruqyah bekas gigitan ular.” Dan beliau bertanya kepada ‘Asma binti ‘Umais, “kelihatannya tubuh anak saudaraku ini kurus kering. Apakah mereka kurang makan?” Jawab Asma’, “tidak! Mereka terkena penyakit pengaruh pandangan mata jahat.” Nabi ﷺ bersabda, “Ruqyahlah mereka!” lalu kuminta agar beliau Sudi meruqyah mereka. Tetapi beliau tetap mengatakan, “Ruqyahlah mereka.” [HR. Muslim]

11. Apakah melakukan Ruqyah Syariah itu berarti mencederai tawakal kepada Allahﷻ❓

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang masalah itu. Yang lebih kuat adalah pendapat yang menyatakan bahawa Ruqyah Tidaklah mencederai tawakal kepada Allahﷻ

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًابِغَيْرِ حِسَابٍ قَالُوا مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقَونَ وَلَا يَتَطَيَّرْونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Dari Imran bin Hushain bahawa Rasulullahﷺ bersabda, “Akan masuk syurga dari kalangan umatku sebanyak 70 ribu orang tanpa hisab.” mereka bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah.?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak melakukan Ruqyah, Tidak bertathayyur, dan tidak melakukan pengobatan kay, dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka.” [HR. Bukhari]

Dalam riwayat lain,

عن أنس–رضي الله عنه– قال:(سبعون ألفامن أمتي يدخلون الجنة بغير حساب:هم الذين لا يكتوون ولا يسترقون, ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون)

Dari Anas رضي الله عنه bahwa Rasulullah bersabda, “Sebanyak tujuh puluh ribu orang dari golongan umatku akan masuk syurga tanpa hisab, mereka adalah orang yang tidak melakukan Ruqyah, tidak bertathayyur, Dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka.” [HR. Imam al-Bazzar, Shahihul Jamil’: 3604]

Banyak hadits Nabiﷺ yang mendorong agar melakukan Ruqyah. Di antaranya adalah hadits riwayat Abu Said al-Khudri dengan seorang kepala suku; hadits Ummu Salamah dengan budak wanita; hadits tentang anak-anaknya Ibnu Ja’far. Semua hadis menjelaskan bahawa pendapat yang kuat adalah bolehnya meruqyah ketika dibutuhkan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin mengatakan, “
Bahawa mereka itu telah mencapai martabat Iman. Katakanlah oleh mu agar mereka tetap meminta salah satu dari tiga orang ini untuk meruqyah:

1) Bersandar dan berpegang teguh kepada Allahﷻ. 2) Kerana terjaga kehormatan dirinya dari perbuatan merendah kepada selain Allahﷻ dan 3) Kerana dalam perbuatan itu bergantung kepada selain Allahﷻ.” [Al-Qaul al-Mufid ‘ala kitab at-Tauhid, 1/97]

Kisah Nyata


Kisah seorang pemuda perokok dalam satu kunjungan.

12. Apakah al-Qur’an dan As-Sunnah itu bisa menjadi obat (syifa)❓

Bisa. Dalilnya ada dalam al-Qur’an surat al-Israa’ ayat 82

Allahﷻ berfirman:

(وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا)

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.
[Surat Al-Isra’ 82]

Ibnul Qayyim menjelaskan: Tampak jelas bahwa lafazh min dalam ayat tersebut bermakna sebagai min lil bayan (huruf min yang berfungsi menjelaskan, bukan minlit-tab’idh). Sehingga seluruh ayat al-Qur’an itu bisa menjadi obat (syifa) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. [Ighotsah al-Lahfan: 1/24]

Sedangkan dalil dari hadits ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri.

Ibnul Qayyim menjelaskan: “Surah al-Fatihah itu telah mencakup dua obat, yaitu obat hati dan obat badan. Al-Fatihah bisa menjadi obat raga dibuktikan dalam hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri.

Kisah Nyata


Saudara perempuannya sesorang yang bernama Abu Mu’adz. Dia menderita penyakit kanker.

Ruqyah syar’iyyah, [04/12/2018 10:53]
13. Adakah penjelasan as-sunnah tentang ruqyah dengan menggunakan al-Qur’an❓

Jawabannya ada.

Pertama,ruqyah mengunakan surat al-Fatihah:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلَقُوا فٍي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَأَبَوْا أنْ يُضَيِّفُوهٌمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلٍكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَوءُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ قَدْ نَزَلُوا بِكُمْ لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ فَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَرَاقٍ وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدْ اسْتَضَفَنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتىَّ تَخْعَلُوا لَنـا جُعْلًا فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنْ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ الْحـمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اقْسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

Dari Abu Sa’id bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah ﷺ pergi dalam suatu perjalanan, ketika mereka singgah disuatu perkampungan dari perkampungan Arab, mereka meminta supaya diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk menjamu mereka, ternyata salah seorang dari tokoh mereka tersengat binatang berbisa, mereka sudah berusaha menerapinya namun tidak juga memberi manfaat sama sekali, maka sebagian mereka mengatakan, “sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang singgah di tempat kalian, semoga saja salah seorang dari mereka ada yang memiliki sesuatu.” Lantas mereka mendatangi para sahabat Nabi sambil berkata, “wahai orang-orang, sesungguhnya pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha menerapinya dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan hasil, apakah salah seorang dari kalian memiliki sesuatu (sebagai obat)?” Salah seorang sahabat Nabi menjawab, “ya, demi Allah aku akan meruqyahnya(menjampinya), akan tetapi demi Allah, sungguh kami tadi meminta kalian supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu kami, dan aku tidak akan meruqyah (menjampinya) sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami.” Lantas penduduk kampung itu menjamu mereka dengan menyediakan beberapa ekor kambing, lalu salah sahabat Nabi itu pergi dan membaca alhamdulillahi rabbil ‘alamin (Al-Fatihah) dan meludahkan kepadanya sehingga seakan-akan pemimpin terlepas dari ikatan yang membelenggunya dan terbebas dari penyakit yang dapat membinasakannya. Abu Sa’id berkata, “Lantas penduduk kampung tersebut memberikan imbalan yang telah mereka persiapkan kepada sahabat Nabi, ” dan sahabat Nabi yang lainpun berkata, “Bagilah. ” namun sahabat yang meruqyah berkata, “jangan dulu sebelum kita menemui Rasulullah ﷺ dan memberitahukan apa yang terjadi dan kita akan melihat apa yang beliau perintahkan kepada kita.” setelah itu mereka menemui Rasulullah ﷺ dan membertahukannya kepada beliau, beliau bersabda, “Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah? Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berikan bagian untukku.” HR. Bukhari-Muslim

Kedua,ruqyah menggunakan surat al-Baqarah:

عَنْ زَيْدٍ أَنَّهُ مِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ حَدَّشَنِي أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلٍَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَومَ الْقِيَامَةِ كَأ

Ruqyah syar’iyyah, [04/12/2018 10:53]
َنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافًّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ قَالَ مُعَاوِيَةُ بَلَغَنِي أَنَّ الْبَطَلَةَ السَّحَرَةُ و حَدَّشَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا يَحْي يَعْنِي ابْنَ حَسَّانَ حَدَّشَنَا مُعَاوِيَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِشْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَكَأَنَّهُمَا فِي كِلَيْهِمَا وَلَمْ يَذْكُرْ قَوْْل مُعَاوِيَةَ بَلَغَنِي

Dari Zaid bahwa ia mendengar Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al-Bahili ia berkata, “saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Bacalah al-Qur’an, Kerana ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawin, yakni surat Al-Baqarah dan Al-Imbran, kerana keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al-Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasi (dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir. ” Mu’awiyah berkata, “telah sampai (khabar) kepadaku bahwa, Al–Bathalah adalah tukang-tukang sihir. ” Dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi telah mengabarkan kepada kami Yahya yakni Ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah dengan isnad ini, hanya saja ia mentatakan, “Wa ka’annahumaa fii Kilaihimaa.” dan ia tidak menyebutkan ungkapan Mu’awiyah, “telah sampai (khabar) padaku.” [HR. Muslim]

Al-Batholah, menurut Kamus Lisan Al-‘Arab, bermakna tukang-tukang sihir. [potongan dari hadits shahih riwayat Imam Muslim]

Ketiga, ruqyah mengunakan Ayat kursi:

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كفَتَاهُ وَقَالَ عُشْمَانُ بْنُ الْهَيْشَمِ حَدَّشَنَا عَوْفٌ عَنْ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْشًو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيشَ فَقَالَ إذَا أَوَيْتَ إلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حِافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّ تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Dari Abu Mas’ud رضي الله عنه ,dia berkata, nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada suatu malam, nescaya kedua ayat itu akan mencukupinya.” Ustmana bin Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia berkata, “Rasulullah ﷺ menugaskanku untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang nenyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya seraya berkata, “Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah ﷺ…” lalu ia bercerita dan berkata, “jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacala ayat kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi. ” Maka Nabi ﷺ pun bersabda: “Ia telah berkata benar padamu, padahal ia adalah pendusta. Si penyusup tadi sebenarnya adalah setan.” [HR. Bukhari]

(إِذَا أويت إلي فراشك فاقرأ آيتة الكر سي اللَّهُ لاَ إٍِلَهَ إِلا هُو الْحَيَّ الْقَيَّومُ (سورة البقرة —255) حتى تختمها فإنه لن يزال عليك من اللَّه حافظ ولا يقربك شيطان حتى تصبح)

Jika anda beranjak ke tempat tidur, bacala ayat kursi. Maka Allahﷻ senantiasa akan menjagamu, dan setan tidak akan bisa mendekatimu sampai Subuh. [HR. Bukhari]

Keempat, ruqyah menggunakan dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah:

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال قَال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآيَتَانَ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الَبَقَرَةِ مِنْ

Ruqyah syar’iyyah, [04/12/2018 10:53]
قَرَأَهُمَا فِيِ لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ فَلَقِيتُ أَبَا مَسعُودٍ وَهًوَ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ فَسَأَلْتُهُ فَحَدَّشَنِيهِ

Dari Abu Mas’ud al-Badri رضي الله عنه , dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, barang siapa membacanya pada malam hari, maka dua ayat itu akan cukup untuk melindunginya.” Abdurrahman berkata,”kemudian aku bertemu dengan Abu Mas’ud yang saat itu sedang thawaf di Ka’bah, lalu aku bertanya kepadanya, dia kemudian menceritakan (hadits tersebut) kepadaku.” [HR. Bukhari]

Ibnul Qayyim menjelaskan, “yang paling tepat, dua ayat itu telah mencukupi bagi yang membacanya dari keburukan yang akan mengganggunya. ” [Al-Wabil ash-Shoyyib: 25]

Kelima, ruqyah mengunakan surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم كَانَ إِذَا أَوَى إلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَهٍ خَمَعَ كَفَّيْهِ شُمَّ نَفَشَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُالْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُالْ أعُوذُ بِّ الْفَلَقٍ وَ قُالْ أعُوذُ بِرَبِّ النٍَّاسِ شُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدَهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ شَلَاثَ مَرَّاتٍ

Dari Aisyah bahwa biasa Nabiﷺ bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam. beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan, “QULHUWALLAHU AHAD..” dan QUL ‘A’UUDZU BIRABBIL FALAQ..’ serta, “QUL ‘A’UUDZU BIRABBIN NAAS..” Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkau olehnya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali. [HR. Bukhari – Kitab Fadhoil al-Qur’an]

Isnin 03.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 29-34.

Ruqyah syar’iyyah, [04/12/2018 10:54]
14. Apakah as-Sunnah menjelaskan doa-doa yang digunakan untuk meruqyah❓

Hadits Pertama:


عَنْ عُشْمَانَ بْنِ أَبِي العَاصِ الشَّقَفِيِّ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعًا يَجِدُهُ فِي جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ فقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ شَلَاشًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأٌحَاذِرُ

Dari ‘Utsman bin Abu al-Ats Tsaqafi bahwa dia mengadukan kepada Rasulullah ﷺ suatu penyakit yang dideritanya sejak ia masuk Islam. Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya, “Letakkan tanganmu di tubuhmu yang terasa sakit, kemudian ucapkan Bismillah tiga kali, sesudah itu baca tujuh kali: A’udzu billahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru.” (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-nya dari penyakit yang aku derita dan aku cemaskan). [HR. Bukhari]

Hadits Kedua


عَنْ ابْنِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أجَلُهُ فَقَالَ عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَا رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيكَ إِلَّا عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ

Dari Ibnu Abbas dari Nabiﷺ beliau berkata, “Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit yang belum datang ajalnya kemudian ia mengucapkan (doa) di sebelahnya sebanyak tujuh kali: AS ALULLAHAL ‘AZIIM ‘ARSYIL ‘AZHIIM AN YASFIYAKA (aku mohon kepada Allah yang maha Agung, tuhan Arsy yang Agung semoga Dia menyembuhkanmu), maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut.” [HR. Bukhari]

Selasa 04.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 34-35.

Ruqyah syar’iyyah, [05/12/2018 10:53]
15. Hukum meniup dan sedikit meludah dalam meruqyah

An-Nafs (meniup). al-Atsir menjelaskan, An-Nafs adalah tiupan kecil yang disertai sangat sedikit ludah. (at-tafl). ada juga yang berpendapat bahwa An-Nafs itu tidak disertai dengan ludah. [An-Nihayah fi Gharib al-Hadits]

Hadits yang menunjukkan adanya tindakan meniup Adalah:

أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى نَفَشَ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ عَنْهُ بِيَدِهِ فَلَمَّا اشْتَكَى وَجَعَهُ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ طَفِقْتُ أَنْفِثُ عَلَى نَفَسِهِ بِالْمُعَوٍّذَاتِ الَّتِي كَانَ يَنْفِثُ وَأَمْسَحُ بِيَدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ

Bahwa ‘Aisyah رضي الله عنها mengabarkan kepadanya, “Apabila Rasulullah ﷺ sakit, beliau tiupkan pada dirinya surat-surat Mu’awwidzaat dan beliau usapkan dengan tangannya. Maka tatkala beliau sakit yang menyebabkan beliau meninggal, kutiupkan pula kepadanya surat-surat Mu’awwidzaat dan kusapukan tangannya ke tubuhnya.” [HR. Bukhari-Muslim]

Ibnu al-Atsir menjelaskan, at-tafl (meludah) itu mirip dengan al-buzaq. artinya adalah meludah ringan. [An-Nihayah fi Gharib al-Hadits]

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ لِلْمَرِيضِ بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنـا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

Dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwa apabila Nabi ﷺ mendoakan orang sakit, beliau membaca, “BISMILAHI TURBATU ARDLINA BI RIIQATI BA’DLINA YUSYFAA SAQIIMUNA BI IDZNI RABBINA” (Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagai kami semoga sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Robb kami). [HR. Bukhari-Muslim]

Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan, lafazh “bi riiqoti ba’dhinaa” dalam sabda Nabi tersebut menunjukkan bahwa beliau meludah sedikit ketika meruqyah. [ Fathul Bari: 10/208]

Rabu 05.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 35-36.

Ruqyah syar’iyyah, [06/12/2018 16:03]
16. Kapan waktu meniup dan sedikit meludah saat meruqyah❓

1) Meniup atau sedikit meludah sebelum meruqyah:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشٍهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ شُمَّ نَفَثَ فِيِهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ شُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَاعَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Dari ‘Aisyah bahwa biasa Nabi ﷺ bila hendak beranjak ke tempat tidur pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan, “QULHUWALLAHU AHAD..” dan QUL ‘A’UUDZU BIRABBIL FALAQ..’ serta, “QUL ‘A’UUDZU BIRABBIN NAAS..” Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkau olehnya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali. [HR. Bukhari]

2) Meniup atau sedikit meludah setelah meruqyah:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أََقَرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا

Dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwasannya apabila Rasulullah ﷺ menderita sakit, maka beliau membacakan al-Mu’awwidzaat untuk dirinya sendiri, lalu beliau meniupkannya. Dan ketika sakitnya parah, maka akulah yang membawakannya pada beliau, lalu mengusapkan dengan menggunakan tangannya guna mengharap keberkahannya. [HR. Bukhari-Muslim]

Khamis 06.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 37.

Ruqyah syar’iyyah, [07/12/2018 11:20]
17. Hukum meruqyah tanpa tiupan dan tanpa meludah

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَا الْحُسَيْنَ وَيَقُولُ إِنَّ أَبَاكُمَا كَمَا يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

Dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه berkata, Nabi ﷺ biasa memohonkan perlindungan untuk al-Hasan dan al-Husein (dua cucu Beliau) dan berkata, “Sesungguhnya nenek moyang kamu pernah memohonkan perlindungan untuk Isma’il dan Ishaq dengan kalimat ini: A’uudzu bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaitaani wa haammatin wa min kuli ‘ainin laammah” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan segala makhluk berbisa dan begitupun dari setiap mata jahat yang mendatangkan petaka). [HR. Bukhari]

Jumaat 07.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 38.

Ruqyah syar’iyyah, [08/12/2018 16:43]
18. Hukum mengusap badan dengan telapak tangan setelah meruqyah

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا أَوْ أُتِيَ بِهِ قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwa apabila Rasulullah ﷺ menjenguk orang sakit atau ada orang yang sakit datang kepada beliau, beliau berdoa, “ADZHIBIL BA’SA RABBAN NAASI ISYFII WA ANTA SYAAFI LAA SYIFAA’A ILLA SYIFAA’UKA SYIFAA’A LAA YUGHAADIRU SAQAMA” (Hilangkanlah penyakit wahai Rob sekalian manusia, sembuhkanlah wahai dzat yang maha menyembuhkan, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak membawa rasa sakit). [HR. Bukhari-Muslim]

Dalam riwayat lain:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى الْمَرِيضً فَدَعَا لَه قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمً

Dari ‘Aisyah berkata, “Apabila Rasulullah ﷺ menjeguk orang sakit, maka beliau akan mendoakannya, beliau mengucapkan, “ADZHIBIL BA’SA RABBAN NAASI WASYFI ANTA ASY SYAFI LAA SYIFAA’A ILLA SYIFAA’UKA SYIFAA’AB LAA YUGHAADIRU SAQAMAN” (Hilangkanlah kesusahan wahai Rabb manusia, sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau maha penyembuh, tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu, dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit). [HR. Ibnu Majah]

Sabtu 08.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 38-39.

Ruqyah syar’iyyah, [09/12/2018 11:29]
19 Hukum meletakkan telapak tangan di badan yang sakit

عَنْ عُشْمَان بْنِ أَبِي الْعَاصِ الشَّقَفِيِّ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعًا يجِدُهُ فِي جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ ثَلَاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

Dari ‘Utsman bin Abu al-Ash Ats Tsaqafi bahwa dia mengadukan kepada Rasulullah sesuatu penyakit yang dideritainya sejak ia masuk Islam. Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Letakkan tanganmu di tubuhmu yang terasa sakit, kemudian usapkan Bismillah tiga kali, sesudah itu baca tujuh kali: A’udzu billahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru” (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-nya dari penyakit yang aku derita dan aku cemaskan). [HR. Muslim, Kitab as-Salam: 2202]

Minggu 09.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 39.

Ruqyah syar’iyyah, [10/12/2018 10:15]
20. Hukum meruqyah air lalu di meminumnya

Muhammad bin Muflih mengatakan: Shalih bin Iman Ahmad mengatakan, “kadang-kadang saya sakit. Lalu ayahku mengambil gelas yang diisi air. Ayahku membacakan (Ayat-ayat) di gelas yang ada airnya itu. Kemudian dia berkata kepada diriku: minumlah air. Basuh wajah dan kedua tanganmu dengan air itu. ” [Al-Adab Asy-Syar’iyyah: 2/441]

Syaikh Abdul Aziz bin Baz رحمى الله telah berfatwa bolehnya membacakan ayat-ayat al-Qur’an pada air, lalu air tersebut diminum dan digunakan untuk mandi.

Isnin 10.12.2018

ابو البر اء اسامة بن يا سين المعاني
Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 40.

Ruqyah syar’iyyah, [11/12/2018 12:51]
21. Hukum mandi Air Ruqyah di kamar mandi

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai masalah tersebut.

Muhammad bin Muflih mengatakan, Al-Khollal berkata,

“sesungguhnya mandi di tempat seperti itu dibenci. karena biasanya, air bekas mandi itu akan mengalir ke got dan comberan. Oleh karena wajib menjaga air al-Qur’an dari yang demikian itu. Dan tidak mengapa meminum air yang telah dibacakan ayat-ayat ruqyah, karena air itu mengandung sesuatu yang bisa mengantarkan pada kesembuhan.”
[Al-Adab asy-Syar’iyyah: 2/441]

Syaikh Abdul Aziz bin Baz رحمى الله ditanya dengan pertanyaan sebagai berikut: “Apakah boleh mandi dengan air yang telah diruqyah di kamar mandi? Beliau menjawab, “Ya, tidak mengapa mandi dengan air ruqyah di kamar mandi.”
[Rekaman Fatwa Syaikh bin Baz, pada 8 sya’ban 1419 H]

Sesuai kaidah fikih “al-Masyaqqah tajlibu at-taisir”. Makanya, kesulitan itu menuntut kemudahan.

Selasa 11.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usman bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 40.

Ruqyah syar’iyyah, [30/12/2018 16:50]
beri petunjuk pada manusia ke jalan yang lurus.

Abdullah bin Mas’ud رصي الله عنه mengatakan: “kami tidak melanjutkan menghafal 10 ayat al-Qur’an kecuali setelah kami mengamalkan dan memahaminya.”

والله اعلم بالصواب

بارك الله فيك

Minggu 30.12.2018

Syeikh Abu Al-Barra Usamah bin Yasin Al- Ma’ain. Halaman 55-59.


Disediakan di dalam grup:

ʀAʜASɪA الرقيةالشرعية QHS
Dan
Dauroh Ruqyah Borneo 2018

Silakan di share, di edit juga boleh[(♻)]
Jika ada kesalahan tulisan, mohon maaf dan sila di perbaiki.
Wassalamualaikum wr wb.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

SUBHAANAKALLAAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AL-LAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA-ATUUBU ILAIKA

Artinya : “Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada tiada Tuhan melainkan Engkau, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi, Shahih)

الْحَمْدُ لِلَّهِ…

Leave a comment