Al Atha Menghasilkan Al Yusroo


Firman Allah SWT : “Adapun orang-orang yang mengkontribusikan (al atha) (apa saja yang dimilikinya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (husna) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (al yusroo). Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (Al Lail ayat 5 – 11).

Ada tema sentral dalam ayat di atas yakni al atha dan al yusro, Allah telah menggambarkan dengan indah betapa diantara keduanya ada hubungan timbal balik, ada hubungan sebab akibat, ada hubungan aksi dan reaksi.

Ekuivalensi (keseimbangan) antara al atha dan al yusroo adalah sunnatullah yang tidak bisa dibantah lagi dan hal ini merupakan sebuah fenomena sejarah yang terang benderang bagi mereka yang mempelajari dan memahami Al Qur-an. Perhatikanlah nasib perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang diantara mereka saling berlomba-lomba memberikan kontribusinya dalam bentuk apapun di jalan da’wah yang mereka arungi. Sebaliknya perhatikan pula nasib kaum Nabi Musa AS yang hanya ingin duduk-duduk saja sementara pemimpin mereka menggadaikan badan dan nyawanya demi cita-cita da’wahnya. Terjadilah fenomena seseorang yang hanya dengan pemberian /kontribusi yang sedikit tetapi mengharap hasil yang besar, ini menunjukkan pemahamannya yang rendah tentang nilai-nilai ajaran agama Ilahi ini. Satu fenomena yang menunjukkan kelemahan diri dalam memahami hakekat agama Allah ini.

Da’wah adalah upaya manusia untuk mengubah diri dan lingkungannya melalui berbagai sarana yang ada. Da’wah tidak mengandalkan kekuatan di luar upaya manusia sebagai dasar kerjanya. Hanya saja seorang yang beriman meyakini bahwa ada kekuatan-kekuatan di luar kemanusiaannya yang mampu mempengaruhi kekuatan dirinya. Pertolongan Allah SWT akan datang seiring dengan upaya-upaya manusiawi yang dilakukan oleh orang yang beriman. Oleh karena itu ketika hijrah Rasulullah SAW meminta bantuan seorang pemandu jalan seraya mengharapkan kemudahan perjalanan dari Rabb-nya. Beliau melakukan perjalanan yang berputar dan berliku seraya mengharapkan Allah SWT menyesatkan pengejaran orang-orang kafir. Beliau bersembunyi di dalam goa sebelum Allah menutupinya dengan sarang laba-laba. Ketika berperang, Muhammad SAW dan kaumnya mempersiapkan pedang dan perbekalan seraya mengharapkan bantuan malaikat dan hujan.

Sesuatu harus diberikan/dikontribusikan oleh orang-orang beriman dalam perjuangan da’wahnya agar kemudahan-kemudahan da’wah senantiasa datang kepadanya. Mereka tidak boleh bakhil terhadap apa saja yang dimilikinya karena pada hakekatnya kebergunaan itu hanya ada pada saat kehidupan di dunia ini. Setelah mati tidak ada sesuatu pun yang bisa diberikan oleh manusia untuk menambah timbangan kebaikannya di alam barzah kelak.

Jadi, sebesar apa pun pemberian (al atha) dalam da’wah maka sebesar itu pula kemudahan (al yusroo) yang akan diperoleh dari Allah dalam upaya meraih cita-cita dan tujuan-tujuan da’wah. Ini merupakan satu skema baku yang diturunkan oleh Allah.

Maka lantunkanlah do’a ini dalam wirid harian kita dikala pagi dan petang.
Allahumma ini ‘audzubika minal hammi wal hazn wa auzdubika minal ‘ajzi wal kasl wa audzubika minal jubni wal bukhli wa audzubika min gholabatid daini wa qohrir rijaal.

Ust. Inayah

Leave a comment