PERBANDINGAN YANG TIDAK SEIMBANG ULAMA SALAF DAN LOKAL


PERBANDINGAN YANG TIDAK SEIMBANG

Para ulama selevel al Marghinani dari kalangan hanafiyyah, Ibnu Rusyd dari kalangan Malikiyyah, an Nawawi dari kalangan Syafi’iyyah, dan Ibnu Qudamah dari kalangan Hanabilah memegang peranan penting dalam madzhab fiqih yang dianutnya

Peran mereka adalah melakukan tarjih terhadap perkataan imam madzhab dan perkataan para ashab dari murud-murid imam madzhab

Perlu dipahami bahwa para ulama di atas telah menduduki salah satu derajat ijtihad sehingga dalam kondisi tertentu mereka mempunyai pandangan pribadi (ikhtiyarat) yang terkadang menyelisihi pendapat resmi madzhab yang dianutnya

Uniknya mereka tidak pernah menyatakan dirinya sebagai mujtahid muthlak dan keluar dari madzhab, melainkan tetap menisbatkan dirinya kepada madzhab yang dianuti. Hal tersebut justru terbalik dengan sebagian penuntut ilmu era sekarang yang sama sekali belum mencapai derajat ijtihad namun bertindak seperti para ulama di atas dengan melakukan tarjih terhadap pendapat para ulama madzhab

Mereka menjadikan dalih akan peran para ulama yang mempunyai sebagian ikhtiyarat pribadi, sehingga dengan itu merekapun mengklaim bisa melakukan hal yang sama dengan mempelajari semua madzhab yang mu’tabar dan mengambil pendapat yang paling kuat menurutnya

Ini adalah perbandingan yang tidak seimbang. Bagaimanapun para ulama di atas sudah sampai pada level ijtihad, sedangkan klaim sebagian penuntut ilmu akan mampu mengambil pendapat yang paling kuat menjadi gugur berdasarkan disiplin ilmu yang telah digariskan oleh para ulama

Dan justru lebih tidak seimbang lagi jika ulama-ulama sekarang disejajarkan dengan ulama-ulama terdahulu dari segi keilmuan yang sudah tetntu mereka para pendahulu jauh di atas dan diakui dunia

Sebut saja contoh perbandingan yang tidak seimbang adalah sikap sebagian penuntut ilmu yang merasa tidak pede alias berat tatkala menyampaikan pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan imam-imam lainnya, namun sangat ringan baginya menyampaikan pendapat ulama panutannya dari kalangan kontemporer bahkan dielu-elukan sebagai pendapat yang mewakili manhaj salaf

Maka letakan terlebih dahulu kedudukan ulama sesuai dengan levelnya masing-masing
Sampai kapanpun ulama-ulama sekelas Imam an Nawawi, Ibnu Qudamah, Ibnu Abdil Bar tidak akan pernah selevel dengan para imam mujtahid mutlak seperti Abu Hanifah, As Syafi’i, dan Ahmad

Begitupula para masyayikh kontemporer semisal Syaikh Bin Baz, Ibnu Utsaimin, Wahbah Az Zuhaili, Mutawali As Sya’rowi tidak akan pernah selevel dengan para ulama sekelas Imam an Nawawi, Ibnu Qudamah, Ibnu Rusyd dan yang selevel dengan mereka

Menjadikan ulama belakangan lebih berilmu daripada para imam terdahulu adalah tanda kebodohan

Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullah berkata :

وقد ابتلينا بجهلة من الناس يعتقدون في بعض من توسع في القول من المتأخرين أنَّه أعلم ممن تقدم، فمنهم من يظن في شخص أنَّه أعلم من كل من تقدم من الصحابة ومن بعدهم؛ لكثرة بيانه ومقاله، ومنهم من يقول: هو أعلم من الفقهاء المشهورين المتبوعين

Kita telah diuji dengan kebodohan sebagian manusia yang merasa bahwa sebagian tokoh muta’akhirin yang banyak berpendapat adalah orang yng lebih alim daripada generasi sebelumnya. Sebagian mereka ada yang menyangka tentang seorang tokoh bahwa tokoh tersebut lebih alim dari semua orang sebelumnya dari kalangan sahabat dan setelahnya sebab tokoh tersebut banyak menjelaskan dan berpendapat. Sebagian dari orang bodoh itu berkata: “Dia lebih alim dari para ahli fikih yang terkenal yang menjadi panutan umat
[ Ibnu Rajab, Fadlu ilm as-Salaf ]

Allahu A’lam

Leave a comment