Kecewa Belajar Adab


Ikhwah fillah, pada zaman salafus sholeh, ada seseorang yang selalu mengikuti pengajian Imam Abu Hanifah. Pada suatu saat, setelah pulang mukanya kelihatan kusut dan kecewa. Ditanya oleh ayahnya, kenapa mukanya begitu, yaitu muka kecewa, apakah Imam Abu Hanifah itu sakit? kata orang itu bagaimana tidak kecewa, biasanya sekali pertemuan Imam Abu Hanifah membahas paling tidak 70 masalah Fiqh, tapi hari ini hanya membahas 1 pelajaran Adab, kecewalah, kata orang itu.

Kemudian ayahnya menjawab: Wallahi ya bunayya (Demi Allah wahai anakku), La adabun wahidun -allamtahu min Abi Hanifah ahabbu ilayya min anta ta-allama minhu sab-iina masalatan minal fiqh (sungguh satu pelajaran adab yang engkau pelajari dari Imam Abu Hanifah, lebih aku cintai dari pada engkau mempelajari 70 masalah fiqh).

Ikhwah fillah, bagi ayahnya yang menjadikan surprise itu adalah karena dia belajar tentang Adab. Karena jika ahli Fiqh, tetapi tidak mempunyai adab, maka itu berbahaya.

Ikhwah fillah, manusia sosial merupakan keniscayaan. Ibnu Khaldun dalam muqoddimahnya mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam sebuah masyarakat dan tidak dapat hidup kecuali dalam sebuah masyarakat. Hidup bersama ini jelas akan memunculkan interaksi-interaksi dan hubungan-hubungan antar individu serta berbagai perselisihan yang muncul sebagai dampak interaksi tersebut. Sehingga bagaimana adab ini bisa meminimalkan dampak-dampak tersebut dan menjadikan hubungan antar manusia menjadi sangat indah.

Tampaknya masalah adab ini kurang menarik dan membosankan. Tetapi adab ini sangat penting dalam kehidupan berjamaah dan sosial. Mungkin masalah adab ini saat ini perlu sama-sama kita pelajari dan amalkan. Adab istri terhadap suami, adab anak kepada orang tua. Adab memberikan nasehat, adab mendengar, adab berbicara, bertetangga, adab murid terhadap guru, adab sesama muslim, ada bertamu, adab menerima tamu, adab di jalan, adab berbeda pendapat, dan lain-lain. Imam Al Bukhari sendiri menulis buku khusus tentang adab, yaitu adabul mufrod, adab bagi seorang muslim dan bab pertama adalah adab terhadap orang tua. Dalam sebuah jamaah ada adab taamul fil jamaah, antara lain adalah adab kepada murobbi, adab sesama ikhwah, dan lain sebagainya.

Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah kepada kita untuk bisa menjaga dan mengamalkan adab-adab islam ini sehingga hubungan antara sesama muslim, hubungan suami istri, hubungan keluarga, hubungan sesama manusia, hubungan sesama ikhwah, bisa baik dan indah. Semoga Allah SWT memberikan kita kebesaran hati, kelapangan jiwa untuk senantiasa dalam berjamaah dan masyarakat walaupun itu pahit. Karena ketika kita bergaul dengan manusia, maka kita juga bergaul dengan kekurangan mereka dan aib mereka. Karena tidak ada manusia yang sempurna.

Fudhail bin Iyadh mengatakan, siapa yang ingin bersaudara yang tidak memiliki aib tanpa kekurangan, ia takkan memiliki saudara. Abu Darda r.a mengatakan “Kata-kata keras dan kasar dari seorang saudara itu lebih baik daripada engkau kehilangan seorang saudara”. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim yang berbaur dengan manusia lalu ia bersabar atas perilaku buruk mereka, lebih baik dari pada orang yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak sabar atas perilaku buruk mereka” (HR. Ahmad dan Turmudzi).

Memang ini berat. Sungguh ini tidak mudah. Tapi, semoga usaha kita dinilai mujahadah dalam rangka tetap bersama jamaah.

sumber: pks-arabsaudi.org | BERSIH, PEDULI, PROFESIONAL: http://www.pks-arabsaudi.org/pip/
Versi Online: http://www.pks-arabsaudi.org/pip//?pilih=lihat&id=337

Leave a comment