Tangisan Yang Menyelamatkan


photo_2016-07-21_21-13-06

Tangisan Yang Menyelamatkan

Ketika manusia berdiri di hadapan Rabbul ‘alamin, tanpa alas kaki, tanpa pakain dan tidak berkhitan. Matahari didekatkan di atas kepala manusia dengan jarak satu mil saja, selama satu hari yang kadarnya 50.000 tahun dalam hitungan hari di dunia. Tak ada lagi bangunan atau pepohonan yang bisa dijadikan sebagai naungan. Hanya ada naungan Ar-Rahman sebagai fasilitas eksklusif teruntuk beberapa golongan manusia istimewa. Mereka tak merasakan penat, tak terjamah banjir keringat pada saat kebanyakan manusia tenggelam olehnya, dan selamat dari panasnya terik matahari yang membakar. Mereka memiliki unggulan amal di dunia, hingga manusia melihat bagaimana ia mendapatkan naungan, di hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah. Satu di antara golongan tersebut adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Seseorang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi hingga meneteskan air mata.” (HR Bukhari)

🔹 Nabi menyifati orang ini sebagai ahli dzikir, bukan orang yang lalai.  Bisa jadi dia berdzikir dengan cara membaca al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, berdoa, atau dengan mengingat dosa dan menyesalinya sebagai wujud taubatnya kepada Allah. Dengan dzikir tersebut  melahirkan rasa takut akan adzab Allah dan merasa malu kepada-Nya. Bahkan ingatannya mencapai hari dimana segala perbuatan akan di tampakkan pada Hari Kiamat, sebagaimana penjelasan adh-Dhahak rahimahullah terhadap hadits ini.

🔹 Yang kedua, dia dalam kondisi sepi dan sunyi, tidak ada manusia di sekitarnya yang melihat. Sehingga lebih jauh dari kemungkinan riya’ (pamer) dan sum’ah. Hatinya sunyi dan kosong dari memikirkan atau mengharap kepada selain Allah, sebagaimana fisiknya sepi dari pandangan manusia.

Dia berdzikir kepada Allah dengan sembunyi-sembunyi,  maka Allah memberinya balasan secara terang-terangan, bahkan Allah menunjukkan balasan baik untuknya di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat. Ketika panasnya rasa takut kepada Allah telah membuatnya menangis di dunia, maka sebagaimana kaidah ‘balasan itu sepadan perbuatan’, Allah menyelamatkannya dari panasnya matahari pada hari Kiamat dan menaunginya dalam naungan-Nya.

Tak hanya saat di makhsyar tangisan ini berguna. Pada perjalanan akhir di akhirat tangisan tersebut menjadi benteng seseorang dari jilatan api neraka. Sebagaimana hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam,

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma,

عَيْنَانِ لاَ تَمَسَّهُمَا النَّارُ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi).

Wallahu a’lam
Barokallohu lii walakum

🗞Disadur dan ditulis kembali dari Majalah Ar-risalah

 

Busana Muslim Branded Berkualitas


Hilfaaz Collections

Leave a comment