﷽KETIKA DI CACI-MAKI HABIS-HABISAN, INILAH BALASAN AS-SAYYID MUHAMMAD ALAWI AL-MALIKI KEPADA ORANG INI…!



KETIKA DI CACI-MAKI HABIS-HABISAN, INILAH BALASAN AS-SAYYID MUHAMMAD ALAWI AL-MALIKI KEPADA ORANG INI…!

✍️Oleh: Muhammad Rozi
24 Juli 2023

Prof DR Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Idrisi al-Hasani atau yang sering dipanggil Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, kelahiran 1944, meninggal 10 Mei 2004 (umur 60 tahun) di tanah Hijaz, Mekkah Arab Saudi, merupakan ulama besar penuh kharismatik abad 20, yang nasabnya bersambung secara langsung dengan Datuknya yang mulia, Nabi Muhammad ﷺِ melalui jalur cucunya, Imam al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah az-Zahra al-Bathul Radhiyallahu ‘Anhum ajma’in.

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang yang kaya raya dalam segi materi, dengan materi yang berlimpah, tidak heran beliau menggunakan seluruh hartanya untuk kegiatan sedekah & sosial-keagamaan, semua kebutuhan, baik pembelian kitab, makan & minum santri, dan lainnya yang belajar & menginap di Rubath (pesantren) nya, telah beliau pastikan menjaminnya. Bahkan tiket bis & pesawat untuk santri dari luar negeri yang ingin pulang kampung, beliau berikan secara gratis.

Dilansir elzeno.id, majalah Aljami’ah Almadinah Almunawwaroh, pernah memuat sebuah artikel dari seorang pakar (agama Islam), yaitu Dr. Abdul Qodir Assindi (Madinah) yang berisi kecaman, hinaan, dan penghakiman terhadap pemikiran dan pribadi Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, sebagai propaganda yang mengarah pada perbuatan bid’ah. Tentu saja artikel itu mendapat banyak perhatian publik sekaligus mengundang keresahan umat. Sehingga beberapa ulama’ dan tokoh-tokoh pembesar menelpon seraya menghibur Sayyid Muhammad, “Jangan risau dan tidak usah menghiraukan tulisan Assindi”.
Tidak ketinggalan beberapa santri beliau juga merasa geram dengan ulah Assindi.

Namun Sayyid Muhammad hanya menanggapi dengan senyum. Selang satu bulan berikutnya, Sayyid Muhammad mengajak beberapa santri pergi ke Madinah, sebelum berangkat beliau memerintahkan agar memasukkan lembaran-lembaran uang kertas ke dalam tas. Sesampainya di jalanan kota Madinah, beliau berhenti di sebuah rumah. Para santri tidak ada yang tahu rumah siapa itu. Setelah disambut oleh tuan rumah, terlihat adanya perbincangan yang cukup akrab antara Sayyid Muhammad dan tuan rumah, sehingga terkesan keduanya sudah kenal lama dan akrab.

Maaf, Apakah benar ini rumah tuan Dr. Abdul Qodir Assindi?. Tanya Sayyid Muhammad.

Iya betul. Saya sendiri. Jawab tuan rumah.

Kalau begitu, mohon terimalah ini. Kata Sayyid Muhammad sambil menyerahkan satu tas uang yang sudah dipersiapkan dari rumah.

Rupanya keduanya belum saling mengenal, dan ternyata rumah itu adalah rumah Dr. Abdul Qodir Assindi yang beberapa waktu lalu telah mengecam habis-habisan Sayyid Muhammad lewat tulisannya di Majalah Aljami’ah Almadinah Almunawwaroh.

Setelah memberikan tas yang berisi uang tersebut, Sayyid Muhammad langsung berpamitan, Sehingga Dr. Abdul Qodir Assindi belum berkesempatan menanyakan nama tamunya. Ia juga sama sekali tidak menyangka bahwa tamu yang datang memberinya uang dalam jumlah yang cukup banyak itu adalah Sayyid Muhammad, orang yang telah ia cabik-cabik nama baik dan harga dirinya di media.

Tidak lama kemudian, terlihat Assindi lari mengejar dan menghampiri Sayyid Muhammad yang saat itu masih ada di jalan depan, lalu ia merangkul Sayyid Muhammad dan memeluknya erat, sambil sesunggukan ia berkata, “Anda tentu Sayyid Muhammad Almaliki, kini saya yakin sepenuh hati, bahwa anda adalah keturunan Rasulullah, sebab tidak ada yang membalas cacian dan hinaan dengan hadiah, kecuali ia adalah keturunan Rasulullah. Saya tidak meragukan lagi keagungan pribadi Anda wahai Sayyidi.

Assindi larut dalam haru, ada rasa tak percaya, ada kekesalan, ada rasa malu, ada kekaguman yang besar, semua berpadu dalam satu nuansa yang membawa jiwa dan hatinya menjadi yakin bahwa orang yang dihadapannya adalah benar-benar orang pilihan, berhati mulia dan mempunyai pribadi yang mengagumkan. Sayyid Muhammad bagi Assindi adalah orang yang memiliki kebesaran hati yang sepadan dengan ketinggian ilmunya, begitu legowo memaafkan dirinya yang jelas-jelas telah mempermalukannya melalui media. Anggapan dan tuduhan sebagai penyebar bid’ah hanyalah kebohongan semata. Sungguh luar biasa.

Para santri yang saat itu diajak Sayyid Muhammad ke Madinah yang ternyata untuk menemui Dr. Abdul Qodir Assindi, merasa kagum dan bangga atas apa yang mereka saksikan. Sang guru telah mempertontonkan sesuatu yang “luar biasa”, sebuah sikap & keteladanan di hadapan mereka.

لسان الحال أفصح من لسان المقال

Lisanul hal afshohu min lisanil maqol.
(Lisan/tindakan keteladanan lebih fasih (efektif) dari lisan/tindakan ucapan)
***

Meneladani Akhlak Rasulullah ﷺ

Sebagaimana diketahui, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani adalah keturunan Rasulullah ﷺ dari jalur Sayyudina Hasan bin Ali bin Abi Thalib & Sayyidah Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu’anhum binti Rasulullah ﷺ.
Maka tidak heran apalagi Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki sebagai salah seorang dzurriyah tidak jauh dari meneladani & menerapkan sepenuhnya sifat & akhlak Datuknya, Rasulullah ﷺ.

Sebagai manusia biasa, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki tentu tidak terlepas dari sifat kekurangan ataupun kesalahan yang perlu diperbaiki dengan sebaik baiknya. Walaupun beliau bergelar seorang ulama yang berkaliber dunia, tentu juga tidak maksum (terhindar dari dosa & maksiat).

Bila kita berkaca dari cerita diatas, sebagai manusia biasa, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki justru berusaha menutupi kekurangannya tersebut, dengan tidak membalas cacian, makian, hinaan ataupun fitnahan orang-orang yang memusuhi beliau dengan balik membalas dengan cacian, makian, hinaan ataupun fitnahan serupa.

Beliau berusaha tidak membalasnya dengan hal serupa, tapi banyak sabar & tersenyum saja dalam menghadapi sikon (situasi & kondisi) tersebut, bahkan beliau membalasnya dengan jauh-jauh dari Mekkah mendangi rumah si pencaci-makinya tersebut di kota Madinah, & langsung memberikan sejumlah uang yang lumayan banyak dalam sebuah tas.

Subhanallah, inilah gambaran sebenarnya dari teladan akhlak mulia & sifat yang terbaik dari penghulu seluruh nabi & rasul Allah, manusia mulia, terbaik & teladan utama sepanjang masa, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلَْاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا.

“Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah (ﷺ) teladan yang baik bagi mereka yang
menginginkan (pertemuan dengan) Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dan juga (datangnya) hari akhir, serta berdzikir kepada Allah dengan banyak. (QS. Al-Ahzab 21).

Menurut tafsir Kemenag RI, pada ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi saw. Rasulullah saw adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah, dan mempunyai akhlak yang mulia.

Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikutinya. Akan tetapi, perbuatan dan tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridaan Allah dan segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.

Adalah Sayyuduna Rasulullah ﷺ memiliki hati yang paling pemurah diantara manusia.

Ucapannya ﷺ merupakan perkataan yang paling benar diantar semua orang.

Perangainya ﷺ amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan.

Barang siapa melihatnya ﷺ, pastilah akan menaruh hormat & ta’zim padanya.
Dan barang siapa pernah berkumpul dengannya kemudian kenal dengannya tentulah ia akan mencintainya.

Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah
akan berkata: “Belum pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya ada orang yang seistimewa Beliau ﷺ.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Ubadah ad Dhabi al Bashri, juga diriwayatkan olehAli bin Hujr dan Abu Ja’far bin Muhammad bin al Husein, dari Isa bin Yunus, dariUmar bin Abdullah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari salah seorang puteraAli bin Abi Thalib Karramallahu wajhah yang bersumber dari ayahnya, `Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah).

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ. الأنبياء: ١٠٧

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya: 107).

“Akhlak Lebih Didahulukan Daripada Ilmu”
(Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani).

📚Sumber/Referensi:

  1. AlQuranApp (Apk) – Developed by GreentechApps
  2. Tafsir Kemenag RI (Apk) – Developed com.muslim.dev.alquranperkata
  3. elzeno.id
  4. id.wikipedia.org
  5. galerikitabkuning.com

📝Penulis & Editor: Muhammad Rozi


📬Posted, edited & collected (26/07/23) by: ⚛MUHAMMAD ROZI⚛
https://berikhtiar.com/muhammad.r.494


Foto: Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Ist

Leave a comment