Hilangnya Pendidikan Agama dan Adab di Rumah Kita


Hilangnya Madrosah di Rumah Kita

Oleh: Ust. Burhan Sodiq

Ayah bunda idealnya bisa menjadi guru bagi anak anaknya. Mereka mengajar dan mendidik putra putrinya dengan semangat luar biasa. Rumah menjadi sekolah sekolah mungil dengan tahapan tahapan keilmuan yang berkelanjutan.

Hal ini kemudian menuntut ayah bunda untuk mau belajar kembali. Menelaah khazanah keilmuan. Belajar kepada ulama. Mengkaji dan menelaah lagi apa apa yang sudah lama ditinggalkan. Karena bagaimana bisa orang mengajar, kalau ia tak pernah diajar. Bagaimana orang bisa membagi ilmu, kalau dia tak pernah belajar menuntut ilmunya.

Tapi semua itu kini hilang. Anak anak tidak mendapati orang tuanya sebagai pendidik yang sabar. Jika ada kesulitan, maka orang tua cenderung mengirim anak anak mereka ke lembaga pendidikan. Jika ada masalah, mereka cenderung tidak menyelesaikannya tapi memanggil orang untuk menyelesaikan masalah anak anaknya.

Rumah menjadi beku. Tak ada proses pembelajaran di sana. Tak ada ruang untuk berbagi ilmu. Ruang makan ada, tapi ruang belajar tidak ada. Tidak ada sesi ayah duduk di depan anak anaknya. Memberikan petuah bijak. Mengajarkan ilmu secara berkala. Dan bicara dari hati ke hati kepada mereka.

Madrasah Itu Hilang

Rumah rumah itu tak lagi bisa disebut madrasah. Semua penanaman idiologi kebaikan diserahkan ke pondok pesantren. Ayah dan bunda di rumah hanya menjalahkan fungsi sebagai bapak yang baik hati dan ibu yang ramah luar biasa.

Peran mereka sebagai guru dan pendidik nyari tergantikan. Peran mereka sebagai mudabbir juga nyari hilang. Kenapa? Karena ketidakpahaman peran yang mungkin selama ini terjadi.

Ayah harus punya tata kelola pendidikan di rumahnya. Punya kurikulum yang menarik untuk anggota keluarganya. Dia memantau proses pendidikannya, mengevaluasi proses belajaranya dan terus memperbaikinya secara terus menerus.

Suasana madrasah harus dihidupkan kembali. Anak anak yang menikmati proses belajar, dan ayahbunda yang bersemangat untuk terus mengajarkan kebaikan kebaikan.

Maka pentingnya bagi ayah untuk terus menambah bekal ilmu pengetahuan. Mempunyai anak berarti mempunyai tanggung jawab untuk menguatkan mental mereka. Bertanggung jawab untuk mengantarkan mereka kepada jenjang yang lebih tinggi lagi.

Gelorkan Semangat Itu Kembali

Sudah saatnya para ibu kembali ke rumah. Kemudian secara serius melakukan proses pendidikan kepada anak anaknya. Membeli buku, mengikuti seminar, menambah kemampuan individu secara lebih serius lagi.

Sudah saatnya mereka meluangkan waktu untuk duduk sejenak. Tuk menyimak hapalan anak anaknya. Duduk sejenak untuk mengecek pemahaman agama mereka. Duduk sejenak untuk menanamkan nilai nilai islami, dan etika moral yang penting bagi bekal kehidupannya.

Sudah saatnya masjid masjid menggaungkan semangat pendidikan keluarga. Memberi tahu akan pentingnya sekolah di rumah. Menekankan arti penting sebuah proses pendidikan anak di rumah rumah kaum muslimin.

Leave a comment