SUSU FORMULA= BUBUR KIMIA


Tiba-tiba dokter ini dengan semangat berapi2 langsung berkata SUSU FORMULA= BUBUR KIMIA……..

Tahukah anda sudah di bodohi oleh sistem marketing susu formula IMD…..jangan lupa IMD kata beliau….Inisiasi Menyusui Dini

Di negara miskin/berkembang dimana masyarakatnya sebagian besar tdk mempunyai lemari es utk menyimpan susu, maka dibuatlah susu dalam bentuk bubuk agar bisa tahan lama disimpan. Tetapi dalam proses pengeringannya, ada (banyak?) kandungan susu yg hilang. Penambahan DHA dan zat hebat lainpun belum terbukti bisa diserap tubuh atau mencerdaskan. Nah, sekarang sebagian besar masyarakat indonesia, terutama diperkotaan mempunyai kulkas dan ada teknologi Ultra High Temperature, yaitu teknologi pengemasan susu segar yg meminimalkan hilangnya kandungan susu. Jadi mengapa harus mengkonsumsi susu bubuk?

Waspadai Promosi Susu Formula

Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk bayi berusia di bawah enam bulan. Meski begitu, sebaiknya orangtua yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan memilih susu formula.

Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah air susu ibu (ASI). Bahkan para ahli sangat menyarankan agar para ibu memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan makanan apa pun kepada bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir.

“Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup keluarga di berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan cara terbaik dan paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak terpisahkan dari proses reproduksi,” kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006).

Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga tidak sempat menyusui bayi secara teratur. “Saya sengaja memberi susu formula sejak awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis kan saya enggak bisa memberi ASI secara teratur lagi,” ujar Dewi (31), pialang saham, yang baru saja melahirkan anak pertamanya sebulan lalu.

Belum terbiasanya masyarakat memberikan ASI eksklusif kepada bayi ini menjadi celah pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu formula. Selain itu, para produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin dan zat gizi tambahan ke dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, yang sering diklaim dapat membantu perkembangan otak bayi.

Ada dalam ASI

Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI IDAI Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam arakidonat) memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama perkembangannya. “Otak manusia sebenarnya sudah terbentuk 90 persen saat lahir. Setelah kelahiran kemudian terjadi mielinisasi dan sinaptogenesis dalam otak,” papar dokter yang akrab dipanggil Tiwi ini.

Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut serabut saraf yang membutuhkan laktosa atau zat gula dari susu. Sementara proses sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan sistem saraf pusat yang membutuhkan DHA dan AA.

“Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai. Laktosa baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang menyertai, sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim lipase karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak,” ungkap Tiwi.

Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan enzim-enzimnya dalam ASI. “Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun, meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya. Jadi, satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI,” katanya.

Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI. “Jadi, tolong tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI. Komponen apa pun yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI,” kata Tiwi.

Mitos dan promosi

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga mengatakan, pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu formula kepada bayi.

“Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka,” tandasnya.

Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak menjadi gemuk. “Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya gemuk. Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk. Itu cuma mitos,” ujar Husna.

Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga harus ekstra hati-hati saat memberi zat makanan dari luar.

“Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut. Misalnya, informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan terjadi. Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu tersebut karena termakan promosi,” tambah Husna.

Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan. “Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada orangtua bayi yang baru lahir. Itu sebenarnya melanggar kode etik,” katanya.

Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes) yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu.

“Pemasaran produk susu formula untuk bayi berusia di bawah enam bulan seharusnya diatur secara tegas. Kalau perlu ada pelarangan promosi susu formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi,” ujarnya tegas.

One thought on “SUSU FORMULA= BUBUR KIMIA

Leave a comment