“Semangat Belajar Meski Usia Tidak Lagi Muda”


Faidah ke-13

“Semangat Belajar Meski Usia Tidak Lagi Muda”

Sayyidina Umar bin Khotthob bercerita, “Dulu aku bersama salah satu tetanggaku dari kalangan Anshor (yaitu S. Utban bin Malik) tinggal di kabilah Bani Umayyah bin Zaid.

Kami berdua selalu bergantian untuk turun berangkat “ngaji” kepada Baginda Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Kami berganti hari untuk mengaji kepada Baginda Nabi.

Jika jatahku turun mengaji, maka (sepulangnya dari mengaji) aku akan mendatangi tetanggaku tersebut untuk menyampaikan informasi, baik berupa wahyu atau yang lainnya, dan begitupun sebaliknya”…

(Jika ia yang turun untuk mengaji, maka ia yang akan mendatangiku untuk menyampaikan informasi).

Dalam potongan hadits ini, ada banyak faidah dari para Ulama yang bisa kita ambil;

  1. Betapa semangatnya para Shohabat dalam mencari ilmu.

Bayangkan, saat itu, kira² usia Sayyidina Umar sudah mencapai 49 tahun, iya hampir menginjak 50 tahun!

(Hal ini berdasarkan asbab wurud hadits ini yang berkaitan dengan asbab nuzul-nya “Ayat Takhyir” yang turun pada tahun 8 atau 9 H).

Dan ngaji beliau ini bukan sekedar “hadir” sebagai formalitas saja, namun benar-benar dalam kesungguhan yang nyata.

Buktinya? Sayyidina Umar termasuk “Mujtahid” yang diakui oleh umat.

Dan jika kita membaca tarojim Ulama, ternyata tidak sedikit Ulama yang belajar saat usia tidak lagi muda.

Sebut saja nama Imam al-Qoffal al-Marwazi baru ngaji di usia 36 tahun, Imam Kisa’i di usia 40 tahun, Imam Ibnu Hazm (terlepas dr bagaimana madzhabnya) di usia 26 tahun, dan banyak lagi nama² top lainnya.

Dari sini, cukup satu kata: tidak ada kata terlambat!

  1. Bagaimana perhatian para Shohabat dalam memikirkan keadaan umat. Sebab, kata² minal wahyi “wa ghoirihi” menujukkan yang beliau cari tidak hanya wahyu, tapi juga informasi² penting lainnya.
  2. Tetap semangat belajar kendati sudah berkeluarga dan di tengah kesibukan mencari nafkah.

Iya, saat itu, yang membuat Sayyidina Umar tidak bisa setiap waktu menjumpai Baginda Nabi apalagi jika bukan keluarga dan pekerjaan?

Tapi walaupun dalam keadaan demikian, beliau tetap ingin tidak tertinggal “pelajaran” dari Baginda Nabi.

Lantas, apa kabar diri kita yang masih muda dan banyak kelonggaran ini?!

  1. Pentingnya mencari teman belajar.
    Salah satu faktor orang yang sukses adalah berteman dan bergaul dengan teman² yang punya semangat sama.

Dalam hal apapun itu, termasuk ilmu. Oleh karenanya, para Ulama selalu mewanti-wanti agar tidak bergaul dengan teman² pemalas dan pengangguran.

Sebab, malas itu menular, kawan!

Shohih Bukhori, kitab Ilmu, hadits no. 89

Leave a comment