“Abah Yasir: Semula Tidak Bisa, Mau Mengajar Lalu Tiba-tiba Bisa, Itu Termasuk Warid”


“Abah Yasir: Semula Tidak Bisa, Mau Mengajar Lalu Tiba-tiba Bisa, Itu Termasuk Warid”

Dalam pengajian Kitab Hikam Sabtu malam Ahad 25 Januari 2020 yang diselenggarakan oleh Keluarga Mathali’ul Falah Jepara di Masjid Astana Mantingan Jepara, Abah KH Ahmad Yasir membahas tiga hikmah inti yang diuntaikan oleh Syekh Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari (al-Hikam al-‘Athaiyyah).

Hikmah yang pertama, berkaitan dengan persoalan dosa. Syekh Ibnu Atha’illah berkata:
لا صغيرة إذا قابلك عدله، ولا كبيرة إذا واجهك فضله
“Tidak ada dosa yang terbilang kecil jika dihadapkan pada keadilan-Nya, dan tidak ada dosa yang terbilang besar jika dihadapkan pada anugerah-Nya”

Menjelaskan hikmah pertama ini, Abah Yasir berkata, “Dalam menghadapi hidup, kita harus imbang antara Khauf dan Raja’, antara rasa kecemasan dan harapan. Supaya dalam memandang dosa atau kesalahan yang pernah kita perbuat, kita bisa imbang. Tidak meremehkan dosa walaupun kecil, karena dosa sekecil apa pun jika dihadapkan pada keadilan Allah, maka akan tampak besar. Pun juga tidak berputus asa andaikata pernah melakukan dosa yang terbilang besar, karena rahmat dan anugerah Allah jauh lebih besar.”

Abah Yasir kemudian mengajarkan doanya Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili, supaya seorang hamba tidak mudah meremehkan dosa dan juga tidak membangga-banggakan kebaikan yang telah dilakukan
اللهم اجعل سيئاتنا سيئات من أحببت ولا تجعل حسناتنا حسنات من أبغضت
“Ya Allah, jadikanlah keburukan-keburukan kami termasuk keburukan-keburukan orang yang Engkau cintai, dan jangan jadikan kebaikan-kebaikan kami menjadi kebaikan-kebaikan orang yang Engkau murkai.”

Hikmah yang kedua, berkaitan dengan bagaimana supaya amal seorang hamba diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Syekh Ibnu ‘Atha’illah berkata:
لا عمل أرجى للقلوب من عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر عندك وجوده
“Tidak ada amal yang lebih diharapkan untuk hati, daripada amal yang hilang dari penglihatanmu, dan amal yang terasa remeh wujudnya olehmu.”

Menjelaskan hikmah Atha’iyyah tersebut, Abah Yasir dhawuh bahwa seorang hamba jika ingin amalnya betul-betul diterima oleh Allah maka harus melakukan Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Takhalli, mengosongkan diri dari segala sesuatu yang hina dina seperti dosa. Tahalli, berhias diri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan melakukan kebaikan-kebaikan secara terus menerus. Tajalli, tampaknya cahaya, rahmat dan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk hamba tersebut.

“Yang penting kita selalu ikhtiyar, agar amal kita bisa diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jangan pernah merasa kalau kita sudah melakukan kebaikan, karena sejatinya yang menganugerahkan kita mampu berbuat baik adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itu, kita dianjurkan sering membaca doa,
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Ya Allah, berikanlah kepadaku pertolongan supaya aku bisa selalu dzikir kepada-Mu, selalu bersyukur kepada-Mu, dan selalu baik dalam beribadah kepada-Mu.”

Hikmah yang ketiga, berkaitan dengan Warid, sebuah petunjuk yang langsung diberikan oleh Allah kepada seorang hamba. Syek Ibnu ‘Atha’illah berkata:
إنما أورد عليك الوارد لتكون به عليه واردا
“Sesungguhnya Allah memberimu warid agar engkau mendekat kepada-Nya”

Abah Yasir kemudian menjelaskan hikmah ‘Atha’iyyah tersebut,
“Warid itu sebuah pemberian langsung dari Allah. Siapa pun bisa mendapatkannya, jika Allah menghendaki. Jika tingkatan Nabi, namanya Ilham. Tingkatan Arifin, namanya Warid. Di tingkatan orang biasa, juga namanya Warid. Sebagai contoh, saat kita shalat, dan waktu sujud, tiba-tiba langsung terlintas dalam hati kebesaran dan keagungan Allah, seketika lalu kita menangis, itu namanya Warid. Begitu juga, saat dulu kita mondok tidak paham apa-apa, kemudian pulang mau mengamalkan ilmu dengan mengajar, kok tiba-tiba kita bisa baca dan paham kitab, itu juga namanya Warid. Ini selaras dengan hadits Nabi,
من عمل بما علم ورثه الله علم كا لم يعلم
“Barang siapa mau mengamalkan apa yang diketahui, maka niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu apa-apa yang tidak ia ketahui.”

Foto: nderekke Abah Yasir dalam Acara Haul Masyayikh di Perguruan Islam Mathali’ul Falah Pati, Jum’at 01 Maret 2024.

Leave a comment