Mengelola Ambulan Gratis Ala NU


Karena banyak yang tanya, melalui kolom komentar FB, chat di WA dan Messenger, terkait pengelolaan 2 Ambulans Ranting Ansor Jombang, Jember, maka setidaknya beberapa hal ini bisa dijadikan pertimbangan bagi Ansor Ranting maupun PAC lain untuk menduplikasinya.

  1. Beberapa Banser dilibatkan sebagai driver. Mereka mendapatkan hak berupa: rompi bertuliskan Banser Husada yang dipakai ketika melayani pasien. Upah pengantaran yang dihitung berdasarkan jarak pulang pergi: 0-50 KM, 51-100 KM, 101-150 KM, dan hitungan jika pengantaran ke Surabaya. Selain upah kerja, yang langsung diberikan setelah pengantaran pasien, driver mendapatkan jatah satu kali makan. Cak sopir juga dikawal oleh satu pendamping yang secara teknis diperbantukan untuk pengurusan hal-hal administrasi pasien.
  2. Ambulans ini sifatnya GRATIS. Tidak ada pungutan, apalagi deal-deal di awal dengan menyebut nominal. Tetapi jika keluarga pasien ngasih “uang terima kasih”, dipersilahkan. Sumbangan diberi kwitansi resmi (sungguh, saya paling rewel soal ini). Driver melaporkan peneriman sumbangan ini ke ketua dan bendahara, yang wajib mencatatnya di buku besar.
  3. Selama ini dana operasional didapatkan dari sumbangan para donatur (konco-konco FB). Dipakai untuk perawatan mobil (ganti oli, servis, dll), pembelian BBM, juga upah+jatah makan siang sopir dan pendamping. Akhir bulan ini, kami mengedarkan kotak amal kaca transparan bertuliskan Dana Operasional Ambulans di beberapa majelis pengajian (Fatayat, Muslimat, dan beberapa majelis lain), juga menaruhnya di beberapa warkop.
  4. Driver melaporkan kepada ketua dan sekretaris terkait manifes penumpang. Nama, alamat, tujuan berobat, lokasi RS, hari dan jam. Di akhir bulan, ketua dibantu sekretaris WAJIB MEMBUAT GRAFIK pelayanan berisi: pendapatan/pengeluaran dana, jumlah pasien yang dilayani, jenis pelayanan (orang sakit/wafat), saldo akhir, dll. Kami hanya RANTING, tapi soal kredibelitas, akuntabilitas, serta transparansi, kami siap diuji secara publik. Kami tidak ingin mendapat fitnah. Secara pribadi, sungguh sumpek melihat lembaga yang bersemangat menghimpun dana umat, tapi NGGAK JELAS program dan laporan keuangan publiknya.
  5. Sopir dan pendamping berkoordinasi dengan puskesmas Jombang dan mendapatkan pelatihan singkat terkait penanganan pasien.
  6. Kalaupun ada jenazah yang hendak dimakamkan di luar daerah, kami tetap berkomitmen melayani pengantaran ke tempat peristirahatan terakhir/rumah duka secara GRATIS. Tidak ada transaksi penyebutan nominal. Diberi monggo, tidak juga no problem.
  7. Di jajaran pengurus harian ranting, ada satu advokat yang siap mengawal dan menangani, andaikan ada hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang “menimpa”.
  8. Beberapa bantuan alat medis terus mengalir untuk melengkapi armada ambulas gratis ini. Alhamdulillah. Semua dari personal-personal yang peduli. 2 Ambulans maupun alat medis untuk saat ini ditaruh di garasi milik ketua Ranting, Sahabat Irfanfaris. Untuk penanganan permesinan ditangani sahabat Shoping Pribadi .
  9. Untuk permohonan bantuan ke lembaga pemerintah, belum kami realisasikan, sebab saya capek di-PHP dengan kalimat klise, “….baik, berkas telah kami terima, dan akan kami proses dan kami kabari nanti.” Dan, biasanya, setelah melewati 13 purnama, jika ditanya, jawabnya prosedural dan klise banget. Lantas tidak ada kabar apapun, dan ZONK. 😎

Prosesi me-muallaf-kan Ambulans eks RS Katolik di Jawa Tengah, semalam, di depan Masjid al-Huda Jombang Jember, dipimpin oleh KH. Abdullah Ubaid Syafawi, seusai PENCAK MASDA.

Lanjuuuut makan-makan bersama para pengurus Ansor dan Banser SATKORKEL Jombang.

Gus Rijal M

Leave a comment