Tag Archive | WIRAUSAHA

INSPIRASI BISNIS : WHY ???


INSPIRASI BISNIS : WHY ???

Suatu waktu, saat saya kopdar dengan beberapa rekan entrepreneur kaskus , salah satu dari mereka bertanya : “Bro, produk loe udah masuk Indomaret ya ? Koq bisa Bro ? Gimana caranya ?”. Di kesempatan yang lain, salah satu dari mereka juga ada yang bertanya : “Bro, gw ada bisnis konveksi nich, namun gw kesulitan untuk cari karyawan yang bagus nich. Gimana ya caranya supaya bisa dapet karyawan bagus di Indonesia ini ?”. Lalu ada yang lain lagi bertanya : “Bro, gw pengen bisnis nich, tapi gw bingung, enaknya bisnis apa ya ?”. Sedangkan yang lain lagi bertanya “Bro, loe punya kenalan investor gak ya yang bakal tertarik buat invest di bisnis gw ?”, tanpa menjelaskan keunggulan bisnisnya sendiri.

Yes, pada umumnya orang selalu bertanya “How ?”, “What ?”, “Who ?”, dan mereka lupa atau bahkan mengabaikan pertanyaan terpenting, yaitu : “WHY ?”. Bahkan dalam sebuah tulisan saya di kaskus beberapa tahun lalu (saat bisnis saya masih berupa bisnis sangat kecil sekali), saya pernah menuliskan tentang WHY ini (dan WHY inilah yang membuat bisnis saya jauh lebih maju seperti sekarang ini). Memang lucu, tapi begitulah sifat manusia, seringkali melewatkan hal yang terpenting, dan lebih fokus pada hal2 teknis yang sebenarnya hanyalah syarat pendukung.

Hal ini pula yang terjadi pada para entrepreneur, kebanyakan mereka berfokus pada How, What, Who, When ? Mereka lupa WHY mereka mesti memilih bisnis tersebut dan bukan yang lain. Mereka juga lupa “WHY their customer should choose them, not other products”.

Saat saya bertanya pada salah seorang rekan entrepreneur “ Bro, kenapa loe pilih buka bisnis café ?”. Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah “Gw pengen coba berbisnis, dan gw rasa bisnis café sekarang prospeknya cerah, “cuan”nya gede, dan gw lihat juga banyak yang sukses bisnis café, jadi ya gw bisnis café”. Dan bisnis café tersebut akhirnya tidak bertahan lama (alias tutup). Saat saya tanya, “WHY u choose this kind of business ?”, tidak banyak yang bisa menjawab dengan baik. Dan sejujurnya, bila mereka pun tidak tahu jawaban yang jelas WHY mereka mesti berbisnis di bidang tersebut, bagaimana customer kita bisa menemukan “WHY gue mesti beli produk loe”.

Yes, kebanyakan pebisnis lupa “Mengapa customer mesti pilih produk ini ?” atau “Mengapa customer mesti datang ke café ini ?” atau “Mengapa customer mesti memakai jasa saya ?”. Kebanyakan pebisnis terlalu egois, dan lebih memikirkan “Bagaimana saya mendapatkan uang lebih banyak ?” tanpa peduli mengapa customernya mesti memilih produk/jasanya. Kebanyakan pebisnis juga lebih fokus pada “Apa yang bisa saya jual ?” tanpa peduli apakah betul customer membutuhkan produk tersebut. Padahal “WHY” customer mesti membeli produk/jasa mereka lah yang mempengaruhi seberapa besar penjualan mereka, dan produk apa yang mesti diciptakan, alias “WHY” lah yang benar2 akan menentukan bisnis Anda akan bertahan berapa lama, dan akan menjadi sesukses apa bisnis Anda.

Saat menciptakan produk Esprecielo Coffee, yang saya pikirkan pertama sama sekali bukanlah “bagaimana cara saya membuatnya ?” atau “bisa seberapa besar omzetnya ?” atau “apa saja produk yang ingin saya ciptakan ?”. Saat itu, yang benar2 saya pikirkan adalah “Mengapa customer mesti membeli produk saya, walau ada produk2 kompetitor yang harganya jauh lebih murah ?”. Saya pun menemukan bahwa, ada cukup banyak customer yang suka menikmati caffe latte untuk bersantai, dan mereka membutuhkan rasa yang lebih berkelas (premium), tanpa harus repot2 pergi ke coffee shop. Dari sana lahirlah item2 fancy coffee latte dari Esprecielo yaitu Caramel Macchiato, Irish Coffee, dan lain sebagainya. Dan terbukti, produk2 tersebut laku di pasaran. Saya menciptakan produk-produk tersebut tanpa meniru dari produk lain, bukan juga karena alasan “saya pengen omzet besar”, melainkan saya mencoba memahami “mengapa customer mesti memilih produk Esprecielo ?”.

Begitu pula saat saya menciptakan Allure Green Tea Latte. Saya menyadari bahwa kopi lebih sering dicintai oleh kaum adam daripada kaum hawa, dan saya juga menyadari bahwa belakangan para wanita pun sangat membutuhkan “me-time”. Me-time ini oleh kaum pria biasa disebut “ngopi time”, sedangkan para wanita (yang kebanyakan tidak terlalu suka kopi) membutuhkan minuman hangat lain yang bisa dicintai dan dinikmati di waktu “me-time” mereka. Mereka lebih suka Green Tea, yang lebih soft yet relaxing, sangat cocok untuk “me-time”, yang bahkan lebih dalam daripada “ngopi-time”. Lalu terciptalah Allure Green Tea Latte, dengan tagline “A Cup of Relaxing Moment” yang siap menemani para kaum hawa di situasi apapun.

Yes, saya (atau tepatnya sekarang kami – karena saya telah memiliki team) menciptakan produk bukanlah karena tergiur akan seberapa besar uang yang akan dihasilkan, melainkan lebih ke arah “mengapa customer mesti memilih produk kami ?” – dan saya rasa setiap bisnis juga sama saja, “WHY” adalah alasan terpenting di balik terciptanya suatu produk/jasa. Bila “WHY” tersebut tidaklah kuat, atau bahkan Anda sendiri sebagai pemilik bisnis tidak bisa menjawab “WHY”nya, maka sebaiknya Anda perlu me-reformulasi bisnis Anda, apapun bisnis Anda saat ini. Karena bila Anda saja tidak paham mengapa customer mesti beli produk/jasa Anda, apalagi customer ?

Even almarhum Steve Jobs, selalu berorientasi pada “WHY”, itulah mengapa produk Apple hampir selalu sukses di pasaran. Mereka selalu berusaha memahami “WHY” customer mesti pilih Apple – dengan harganya yang lebih premium – dibandingkan produk sejenis lainnya. Dan “WHY” ini pulalah yang membuat Microsoft kini hampir ada di setiap meja kerja, atau Starbucks menjadi gerai kopi dengan Brand terkuat di dunia.

Dan melalui artikel ini, saya berharap, agar para rekan entrepreneur menjadi lebih kreatif dalam menciptakan suatu produk/jasa. Temukan dulu alasan yang kuat “mengapa” customer mesti memakai produk/jasa yang Anda tawarkan. Jangan membuat resto chinese food hanya karena Anda bisa masak chinese food, karena customer sama sekali tidak peduli hal tersebut. Jangan juga menjual baju secara online hanya karena Anda butuh uang tambahan, karena –sekali lagi- customer tidak peduli Anda butuh seberapa banyak uang. Customer hanya peduli pada “keuntungan apa yang bisa saya dapatkan dari membeli produk/jasa tersebut”, karena itu, fokuslah pada hal tersebut sebelum Anda bertanya “bagaimana caranya ?” atau “apa ya kira2 produknya ?”.

So, saat Anda memulai sebuah bisnis, mulailah dari berpikir layaknya seorang customer, dan pahamilah secara mendalam apa yang mereka butuhkan, dan jadikan bisnis Anda sebagai solusi bagi kebutuhan mereka.

Dan berikut ada video dari sisi yang lain, tentang sekuat apakah efek WHY dalam sebuah bisnis :

Sekian dulu dari saya, semoga artikel ini dapat membantu Anda untuk menciptakan bisnis2 yang kreatif !

Mari kita sama2 membuat Indonesia menjadi lebih kompetitif dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang akan datang akhir tahun ini !! Salam Sukses !!

 

Profile Kontributor Subforum Entrepreneur Corner: Chandra Liang

Chandra Liang
SUMBER : http://www.kaskus.co.id

JADILAH CAHAYA DALAM KEGELAPAN


JADILAH CAHAYA DALAM KEGELAPAN

Hi Guys, how are u ?

Sudah lebih dari setahun saya tidak menulis maupun melakukan public speaking, rasanya kaku juga..jadi maaf ya kalo tulisannya masih kurang enak dibaca..he he he…

Lalu kemanakah saya selama 1.5 tahun ini ? Sebenarnya saya gak kemana2, namun karena tahun lalu adalah masa transisi Esprecielo dari “local hero” menjadi bisnis nasional level “nubie”, maka banyak sekali pembenahan yang perlu kami lakukan, dan tentunya saya jadi sangat sibuk dengan banyak hal.

Selama hampir 1.5 tahun ini, saya banyak sekali belajar. Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik, memberi saya pelajaran, bagaimana cara HIT THE RIGHT TARGET secara lebih efektif, sehingga di masa perekonomian yang suram, Esprecielo justru berhasil menjadi The Rising Phoenix, yang menggeliat naik ke atas dan menarik perhatian.

So, mengapa kami bisa melakukannya ? Dan bagaimana cara kami melakukannya ? Dan ternyata jawaban utamanya adalah : mindset. Yes, MINDSET !

Kembali ke tahun lalu, saya masih ingat dengan jelas keadaan perekonomian saat itu dilanda kekacauan. Beberapa ekonom dan pelaku bisnis di Indonesia bahkan sempat ketakutan, takut Indonesia kembali ke tahun 98, dimana krisis melanda dan kekacauan politik terjadi dimana2. Saya ingat dengan jelas juga, bahwa tahun kemarin Pak Jokowi belum lama menjabat sebagai Presiden RI, sehingga berbagai kekacauan tersebut seperti mendapat “kambing hitam” yang paling PAS. Bahkan, grup WA Entrepreneur Club pun isinya berbagai keluhan yang luar biasa keras, dengan komentar yang isinya keluhan tidak penting juga.

Dalam situasi seperti itu, memang ada 2 hal yang paling NYAMAN untuk dilakukan :
1. Cari kambing hitam untuk disalahkan (YES, pastinya mesti orang lain yang salah)
2. Cari teman yang mengalami hal yang sama, yang bisa diajak “mengeluh bareng”

Yup, dengan atau tanpa sadar, kebanyakan orang melakukan hal seperti itu di masa-masa sulit. Dan jujur ini lucu juga, karena sebenarnya sebagai entrepreneur tangguh, dalam masa-masa sulit seperti itu mestinya mencari solusi yang terbaik, bukan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang SAMA SEKALI TIDAK BISA MENGUBAH KEADAAN tersebut.

Berikut beberapa kata-kata yang saya dengar :

“Gila ya situasi ekonomi sekarang, jualan makin lama makin sepi ! Pemerintah ngapain aja sich ?”

“Boss, gimana bisnis loe sekarang ? Drop juga ya…iya sich mau gimana lagi emang ekonomi lagi jelek..”

“Parah nich pemerintahan baru ini, ekonomi terus aja merosot, dasar tukang pencitraan !”

“Segala harga naik gini, bisnis malah turun terus !!”

“Sudahlah, kita pasrah aja toh ekonomi memang lagi jelek”

Dalam situasi ekonomi yang kurang baik, memang keluhan2 tersebut seringkali terdengar. Dan apakah salah bila kita mengeluh seperti itu ? Sebenarnya mengeluhkan keadaan adalah hal yang wajar, SELAMA KITA SADAR BAHWA KELUHAN TERSEBUT TIDAK AKAN MENGUBAH APAPUN, kecuali munculnya RASA NYAMAN karena ternyata banyak orang mengalami hal yang sama. Nah sekarang pertanyaannya, apakah Anda ingin menjadi manusia biasa seperti kebanyakan orang, atau Anda ingin menjadi manusia yang luar biasa dan bisa memberi secercah cahaya dalam kegelapan ?

Yup, saya memilih jalan untuk menjadi cahaya yang bersinar di kegelapan. Saya bahkan menchallenge diri saya sendiri untuk leveling up dalam situasi sulit seperti itu, dan ternyata, SAYA BERHASIL !!

Langkah-langkah apa saja yang saya lakukan ? Saya akan coba jelaskan di bawah ini :

1. Saya tutup telinga saya rapat2 dari keluhan2 dan pesan negatif lainnya yang tidak berguna, karena SAYA TAHU BAHWA ITU AKAN MERUSAK FOKUS SAYA. Bahkan saking negatifnya grup WA Entrepreneur Club saat itu, saya memilih leaving the group saja saking jengahnya. Saya tinggalkan manusia2 yang susah diajak berpikir positif dan saya bertekad akan membuktikan Esprecielo akan LEVELING UP di situasi sulit tersebut.

2. Saya membawa diri saya untuk berpikir terbalik (reverse thinking) dari apa yang sudah pernah saya lakukan sebelum2nya, dan mencoba untuk melakukan strategi yang sama sekali berbeda.

3. Saya MEMPELAJARI POLA bagaimana cara perusahaan besar mengelola bisnisnya, dan saya juga mempelajari pola mengapa UKM seringkali STUCK di level tertentu.

4. Saya mengubah strategi, dari rambo style menjadi SNIPER STYLE.

5. Saya melakukan pembenahan perusahaan, dan merekrut Leader2 muda baru yang haus belajar dan memiliki PASSION di bidangnya masing2.

6. Saya memaksa POLA PIKIR saya untuk naik ke Level selanjutnya, dan memikirkan beberapa langkah ke depan bahkan sebelum mengeksekusinya.

7. Saya mengerahkan segenap dana dan tenaga untuk melakukan SATU LOMPATAN BESAR. Yes, resikonya pun besar ! However, ini sifatnya GO FLY HIGH or GO BACK HOME, so i think it’s WORTHED ! Worry ? Sebagai manusia biasa, tentunya saya sangat takut dan stress akan lompatan besar yang akan saya lakukan saat itu, namun saya lebih memilih untuk FOKUS dan make sure, benar2 memastikan bahwa langkah tersebut berjalan dengan baik dan efektif.

8. Dan tentunya saya lebih banyak lagi berdoa, karena tanpa kehendak-Nya, langkah apapun akan percuma saja.

Dengan 8 langkah tersebut, saya pun berhasil membawa perubahan yang signifikan dan melakukan LOMPATAN BESAR.

Yes, video tersebut akhirnya ditonton lebih dari 2.7 juta kali dan bersifat sangat viral. For the very first time juga, Allure Matcha Latte menjadi produk skala “hampir” nasional, dan terdistribusi di lebih dari 27000 supermarket dan minimarket seluruh Indonesia. Dan Yes, saya berhasil membuat banyak orang akhirnya mengakui bahwa ternyata Entrepreneur sejati tetap bisa LEVELING UP bahkan di situasi yang sulit.

Bukan cuma itu, di tahun 2016 ini pun kami membuat LOMPATAN BESAR untuk kedua kalinya dengan launching video menggunakan sudut pandang dan cara komunikasi yang berbeda, sekaligus launching produk baru yang berhasil menggebrak market.

So kesimpulannya, being a loser or a winner, it’s always an OPTION, not fate. Di tengah kerasnya badai, adalah pilihan Anda untuk bisa melewati badai tersebut dengan baik atau karam di tengah laut. Ingat, sebagai Entrepreneur, kita sama sekali BUKANLAH PASSENGER, melainkan kitalah CAPTAINnya ! Jangan pernah berharap badai bisa berhenti tiba2, karena itu SAMA SEKALI DI LUAR KUASA KITA. Namun ingatlah selalu, bahwa sebagai Captain yang membawa kapal, kita masih bisa mengarahkan kapal tersebut saat badai mau dibawa kemana. Pilihan selalu berada di tangan Anda !!

Salam Sukses !!

 

Profile Kontributor Subforum Entrepreneur Corner: Chandra Liang

Chandra Liang
SUMBER : http://www.kaskus.co.id

New Generation of Entrepreneurs


New Generation of Entrepreneurs

Zaman memang cepat sekali berubah. Dan di zaman apapun, bila kita tidak cepat tanggap dalam menghadapi perubahan, kita akan selalu tertinggal, atau biasa disebut “ditelan zaman”.

Perubahan memang selalu tidak enak, dan tidak nyaman, kecuali bagi orang2 yang selalu mau belajar dan ingin maju. Dan sebelum Anda membaca lebih lanjut, perlu Anda ketahui bahwa tulisan2 saya bisa saja membuat Anda tidak nyaman, kecuali bagi orang2yang selalu mau belajar dan ingin maju. So, untuk Anda2 yang mudah tersinggung, boleh berhenti membaca di sini saja.

Buat yang mau lanjut, read at your own risk ya.

Entrepreneur…

10 tahun yang lalu, istilah ini bahkan masih jarang terdengar. Bila kita berada di bangku kuliah, dan saat ditanya “Abis kuliah mau lanjut ngapain ?”, maka sangat jarang orang yg menjawab “Mau buka usaha sendiri” alias jadi Entrepreneur.

Dan masih 10 tahun yang lalu, bila kita bilang ke teman kuliah “mau buka usaha gerai hotdog”, maka teman kita akan kebingungan dan beberapa dari mereka akan menyarankan “udah, mending kita fokus kuliah dulu lah, biar kita dapet kerjaan yang bener nanti”.

Yes, dunia memang cepat berubah, begitu pula dengan dunia entrepreneurship. Di tahun 90-an, real entrepreneur di Indonesia jumlahnya masih sedikit sekali. Kebanyakan orang yang “buka bisnis sendiri” biasanya hanya pedagang yang tidak punya konsep. Di tahun 90-an, konsep memang tidak terlalu penting, asal sekedar kita punya sumber barang yang tepat, dan bisa jualan dengan benar, sudah cukup. Dan, di tahun 90-an tersebut, hanya dengan berdagang, kita sudah bisa berpenghasilan lebih dari cukup. Sampai akhirnya tibalah krisis Indonesia 98, yang meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Hanya entrepreneur2 sejatilah yang lolos dari krisis ini. Sebutlah nama2 seperti Pak Chairul Tandjung (Trans Corp), Pak Sudhamek (Garuda Food), (Alm) Pak Dick Gelael (KFC Indonesia), dan nama2 besar lainnya yang kebanyakan saat ini bisnisnya sudah jadi bisnis korporasi.

Lalu lanjut ke tahun 2000-an, dimana Indonesia baru saja lolos dari krisis 98. Ini adalah masa2 transisi, dimana Indonesia masih menjadi negara miskin, namun sudah mulai pulih kondisinya. Awal2 tahun 2000 adalah masa2 yang cukup sulit, namun dari sini pula lah era entrepreneur yang baru dimulai. Banyak pebisnis2 lama yang mengembangkan bisnisnya menjadi bisnis modern untuk beradaptasi, sebutlah Henry Husada dengan Kagum Group nya, David Marsudi dengan D’Cost nya, dan masih banyak nama2 Entrepreneur hebat generasi tahun 2000an yang kini bisnisnya sudah menggurita.

Dan yang menarik adalah era tahun 2005, dimana mulai terjadi perubahan besar2an di dunia entrepreneurship. Walau belum terlalu luas, namun segala hal yang berhubungan dengan “entrepreneurship” mulai menyeruak ke masyarakat luas. Majalah2 yang membahas tentang Entrepreneurship pun semakin banyak, dan di era ini pula lah orang2 mulai mengenal kata “UKM”, dan untuk orang2 yang memulai bisnisnya di era tersebut, menjadi UKM adalah suatu kebanggan tersendiri (saya termasuk salah satu Entrepreneur yang lahir di era tersebut, yaitu di tahun 2007an).

Era ini sangat menarik, dimana berbagai Franchise2 UKM bermunculan, yang sayangnya dinodai dengan banyak manipulasi halus. Tahun tersebut, masyarakat Indonesia mulai memiliki “penghasilan berlebih” atau biasa disebut disposible income. Banyak pekerja2 kantoran berpenghasilan di atas 10 juta/bulan yang mulai menyadari, bahwa tidak mungkin dirinya bekerja sepanjang waktu, dan mulai ingin memiliki aset. Salah satu aset yang bisa dimiliki adalah bisnis, namun mereka tidak mau repot mengelola bisnis, sehingga permintaan akan “systemized business” alias yang biasa disebut “franchise” pun membludak.

Di Era ini, menjual Franchise bisa menjadi instant kaya. Dan gayung pun bersambut, para pebisnis2 baru pun langsung terjun ke bisnis “franchise2″an ini. Finally muncullah istilah “gerobak-chise” dimana kebanyakan dari Entrepreneur2 saat itu tiba2 nyemplung ke bisnis non-official franchise. Banyak dari mereka yang baru membuka bisnis beberapa bulan, yang bahkan belum terbukti menguntungkan, langsung difranchisekan. Lalu setelah dia mendapatkan beberapa “cabang” dari franchisee-nya, mereka pun menulis di brosurnya bahwa cabangnya sudah banyak (yang padahal cabang2nya tersebut pun baru buka dan sama sekali belum menguntungkan), Bahkan, saya pernah bertemu dengan seorang pebisnis martabak mini yang bahkan sistem maupun resepnya masih asal2an, namun dalam setahun sudah bisa buka lebih dari 100 cabang.

Era “gerobak-chise” ini berlangsung sampai sekitar tahun 2013, dimana informasi sudah semakin mudah didapatkan, dan Word Of Mouth pun berlangsung semakin instant. Banyak gerobak-chise2 ini yang cabang2nya tutup, dan para franchisee banyak yang merugi. Market mulai mengerti, bahwa cabang banyak sama sekali bukan jaminan, melainkan produk yang tepat dan sistem yang baiklah yang menjadi jaminan bahwa bisnis tersebut akan sustain dalam jangka waktu yang cukup lama.

New Generation of Entrepreneurs

Dan sejak tahun 2012, dimana saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia naik secara signifikan, di sinilah Era Entrepreneur yang baru pun dimulai. Anak2 muda semakin kreatif, dan mereka yang tidak kreatif semakin jauh tertinggal. Ini adalah era yang sangat adil, di mana market menjadi sangat terbuka dan selektif. Di Era ini, memanipulasi data tidak lagi mudah. Kecurangan dan kebusukan2 akan mudah terbongkar dan tercium, dan kejujuran mulai dihargai, begitu pula dalam hal bisnis. Itulah mengapa para “gerobak-chise” yang hanya menggembar-gemborkan cabangnya tanpa sistem yang kuat mulai megap2 di Era ini, dan investasi2 bodong pun mulai ditinggalkan. Ini adalah Era yang baru, yang merupakan Era perubahan yang luar biasa.

Bisnis yang berkembang di era ini adalah bisnis2 yang memiliki konsep kuat. Dan sebagai Entrepreneur, baik yang baru maupun yang sudah berkecimpung cukup lama di dunia bisnis, kita selalu dituntut untuk tanggap akan perubahan. Dan di Era yang baru ini, untuk membuka sebuah bisnis, kita dituntut untuk tidak hanya sekedar “punya semangat yang menggebu2” atau “punya kemampuan teknis yang hebat” saja.

Di Era saat ini, punya modal besar dan (misal) bisa buka bengkel mobil / motor, sama sekali tidak menjamin kesuksesan. Mungkin untuk sekedar bisa mencari nafkah, itu tidak masalah. Namun bila tujuan utamanya adalah membuat bisnis yang sustain dalam jangka waktu yang panjang dan bisa berkembang menjadi bisnis yang besar, maka dibutuhkan sesuatu yang lebih di era ini, yaitu : KONSEP yang BAGUS dan JELAS.

Bisnis kini tidak semudah dulu, punya produk, diberi margin, lalu dijual. Bisnis di era saat ini, mesti bisa diingat terus di benak konsumen, karena kompetitor sekarang sangat banyak. 10 tahun yang lalu, Anda jual produk fashion di Kaskus, tanpa terlalu memikirkan konsep, Anda tetap akan mendapatkan pelanggan, karena toh yang jual belum terlalu banyak. Lalu 5 tahun yang lalu, bila Anda menjual produk Fashion di Kaskus, maka Anda mesti membuat “brand” dari lapak Anda agar pelanggan ingat akan dan mudah untuk kembali mencari kontak Anda saat teringat produk yang Anda jual. Itu saya lakukan 5 tahun lalu dengan menamai lapak saya di Kaskus dengan Brand “Sarang Kopi”, dan itu berjalan sangat efektif 5 tahun yang lalu.

Dan kabar buruk (sekaligus kabar baik)nya, saat ini, Brand saja ternyata tidak cukup. Terlalu banyak Brand baru bermunculan, dan bila Brand tersebut tidak diisi dengan Konsep yang kuat, maka Brand tersebut akan terasa kosong/ hampa. Yup, Brand kini berfungsi sebagai Raga saja, dan Konsep adalah Roh/Jiwa-nya. Raga tanpa Jiwa maka akan menjadi hampa atau kosong, dan tentunya Brand yang hampa sama sekali tidak akan diingat orang, atau, bilapun ingat, akan tetap dilewatkan.

Maka itu, seperti yang sebelumnya pernah saya bahas, jadilah Entrepreneur sejati yang mau belajar dan mau berubah. Karena di era sekarang ini, hanya dengan menjadi calo/trader tanpa konsep yang jelas, akan segera dilupakan orang, dan dalam waktu dekat akan ditelan oleh zaman. Apapun bisnis Anda saat ini, buatlah bisnis tersebut memiliki konsep dan identitas yang kuat. Pikirkan kembali, apa yang membuat pelanggan ingin membeli produk Anda. Janganlah jadi “pebisnis malas” yang dengan pasrahnya hanya menunggu pelanggan datang, dan bila dagangan kurang laku malah menyalahkan “kondisi perekonomian” atau “kambing hitam – kambing hitam” lainnya.

Contoh gampangnya, bila Anda ingin jadi calo tiket pesawat, jadikanlah “calo tiket” tersebut sebagai bisnis yang berkonsep dan jelas, sekelas Traveloka. Bila Anda ingin jadi calo hotel, matangkanlah konsep Anda dan jadilah sekelas Agoda, atau sedikitnya Raja Kamar. Dan bila Anda ingin bermain property, jadilah developer handal seperti Agung Podomoro Land, walau dalam versi kecilnya. Jadi, sekaligus mengklarifikasi dan menjawab protes2 Anda di thread saya sebelumnya, BUKANLAH bidangnya yang saya permasalahkan, tapi bila Anda hanya jadi pedagang malas yang “mikir konsep aja malas dan gak becus”, maka seriously, Anda perlu re-thinking niat Anda menjadi Entrepreneur, apakah sudah sesuai Passion Anda atau belum.

Dan berikut contoh kasus lainnya :

Misalnya, bila Anda ingin membuka Gerai Bakso, maka pikirkan lah Konsepnya yang jelas. Sebutkan 5 ALASAN KUAT (ya, ALASAN KUAT) yang membuat pelanggan mau datang dan kembali lagi untuk makan bakso di gerai bakso yang Anda miliki.

Berikut contoh 5 alasan kuat yang SALAH :
1. Harganya ok
2. Rasanya enak
3. Tempatnya bersih
4. Pelayanannya ramah
5. Lokasinya bagus

Lho, kenapa salah ? Mestinya benar donk ?

SALAH, karena 5 point yang Anda sebutkan adalah hal2 general saja, yang memang sudah menjadi SYARAT UTAMA dalam membuka Gerai Bakso. 5 point tersebut memang harus ada, tapi 5 point tersebut sama sekali tidak menjadikan Anda diingat oleh pelanggan Anda. Mungkin diingat, bila Anda adalah gerai bakso di tahun 90-an..kalo Anda baru buka saat ini dan hanya berpikir 5 point tersebut, lebih baik Anda urungkan dulu niat Anda buka Gerai Bakso, dan buatlah konsep yang lebih baik terlebih dahulu.

Jadi, gimana nich contoh 5 point yang berhubungan dengan konsep Gerai Bakso ? Berikut contohnya :

1. Daging bakso yang digunakan hanya berasal dari bagian tertentu tubuh sapi, sehingga menghasilkan rasa dan tekstur yang sangat enak, dan kuahnya mengandung kaldu sapi alami yang dididihkan selama minimal 12 jam, sehingga menghasilkan energi untuk tubuh dan rasa kuah yang gurih alami (point : keunggulan produk dibandingkan gerai bakso lain)

2. Target utama marketnya adalah keluarga muda, dengan umur kisaran 20-35 tahun, dengan penghasilan bulanan yang cukup baik, dan sedikitnya sudah mulai concern terhadap masalah kesehatan, sehingga ingin mengkonsumsi bakso yang lebih sehat. Second target adalah anak muda, karena anak mudalah yang akan membawa keluarganya untuk mencoba gerai bakso yang baru ini. Untuk memancing mereka, maka, khusus pelanggan yang masih kuliah/sekolah, dengan menunjukkan kartu tanda pelajar, akan mendapatkan 15% Discount selama setahun pertama.

3. Interior akan dibuat sederhana namun mengena, dan mesti eye catching. Tempat akan akan berlokasi indoor dengan kombinasi warna yang menarik.

4. Lokasi dekat dengan pusat perbelanjaan yang terkenal dan dekat kampus, parkiran mudah baik bagi penggna mobil maupun motor.

5. Nama dan tagline yang nyentrik serta sesuai target pasar dan sesuai keunggulan produk, misal “Bakso Sapi Kerajaan” dengan tagline “Baksonya Lembut, Kuahnya dari Resep Kerajaan”, jangan lupa logonya pun mesti nyambung dengan Positioning Brand nya.

Nah, kira2 terbayang kan apa yang saya maksud ? KONSEP. Dan Konsep tersebut mesti mudah diingat. Posisikan diri Anda sebagai customer, dan pikirkanlah sebenarnya apakah yang Customer Anda inginkan dari produk yang Anda tawarkan. Niscaya chance Anda untuk Sukses akan jauh lebih besar daripada Anda berjualan secara asal2an.

Akhir kata, selamat datang di Era Entrepreneur yang baru, Era Entrepreneur Kreatif !! Dan selamat berkarya !!

Kind Regards,

Profile Kontributor Subforum Entrepreneur Corner: Chandra Liang

Chandra Liang
SUMBER : http://www.kaskus.co.id